"Eh, kamu tidak boleh bicara begitu, Cing. Siapa bilang kamu tidak berguna?" Bunga kuning menyahut. Bunga-bunga lain pun membenarkan dengan menggoyang-goyangkan kelopaknya.
"Coba kamu pikir. Seandainya kamu tidak ada, siapa yang akan menyuburkan tanah. Tanaman akan mati, kami, bunga-bunga juga tidak akan tumbuh. Kupu-kupu juga tidak bisa hidup, karena mereka membutuhkan sari bunga." Bunga merah besar menasihati cacing tanah kecil.
"Iya, betul. Kamu yang paling kami butuhkan." Kupu-kupu setuju dengan ucapan bunga merah besar, dan menggerakkan belalainya.
Cacing tanah kecil tertegun mendengar perkataan bunga merah besar dan kupu-kupu.
"Ah, memalukan sekali. Aku tidak bersyukur dengan hidupku. Aku minta maaf." Suara cacing tanah tersendat, penuh haru.
"Nah, gitu dong. Tidak boleh ada yang murung lagi." Bunga merah jambu menyahut.
"Teman-teman, terima kasih sudah menyadarkan kekeliruanku. Aku pulang dulu ya, tadi  aku janji akan membantu ibu." Cacing tanah kecil pamit dengan nada suara yang ceria. Cacing tanah kecil berjanji dalam hatinya, ia tidak akan membanding-bandingkan lagi dirinya dengan makhluk lain.
Senyum bunga-bunga dan kupu-kupu menemani cacing kecil pulang. Pagi ini terlihat lebih cerah.
-------
Hennie Triana Oberst
Deutschland, 07.01.2021