Mohon tunggu...
Hennie Triana Oberst
Hennie Triana Oberst Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling dan budaya

Kompasianer Jerman || Best in Citizen Journalism Kompasiana Awards 2023

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Seorang Wanita Pengganti Ibu

22 Desember 2020   18:45 Diperbarui: 22 Desember 2020   19:02 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertengahan bulan Desember beberapa tahun silam.

Sesudah melewati hampir dua jam perjalanan berkendara dengan mobil pribadi, kami memasuki halaman parkir yang lumayan luas. Satu tempat tetirah yang terletak di kaki bukit kecil. Kota yang kami datangi ini memang merupakan kawasan peristirahatan yang nyaman dan indah.

Seorang wanita berperawakan tinggi, langsing, dengan gelung kecil rambut putihnya berjalan menghampiri kami yang baru memasuki ruangan. Senyumnya mengembang saat menerima uluran tangan saya. Dia merapatkan badan saya ke arahnya, memeluk.

Itulah pertemuan pertama saya dengan ibu mertua (waktu itu masih berstatus calon), ibu kandung suami saya. Iya, saya memiliki dua orang ibu mertua, ibu kandung dan ibu tiri suami. Bagi saya, kedudukan mereka berdua tidak ada bedanya.

Wanita berdarah Perancis kelahiran Jerman ini, menurut saya pribadi, sangat menginspirasi. Bukan karena statusnya sebagai ibu mertua.

Ibu mertua saya mengajak kami berjalan-jalan di luar kompleks peristirahatannya. Kami menuju satu cafe yang lokasinya berdekatan dengan kasino yang paling terkenal di Jerman.

Meja yang menghadap taman luas kami pilih untuk menikmati kopi dan sepotong kue di sore hari itu. Tidak jauh dari tempat itu digelar Pasar Natal, lampu-lampu hiasan dan keramaian bisa terlihat dari tempat kami duduk.

Emily, ibu mertua saya, bertanya tentang kabar keluarga saya, tetapi kemudian dia banyak menanyakan hobi dan kegiatan apa yang saya sukai. Oh, iya, saya memang memilih memanggil mertua saya dengan namanya saja. Ini adalah hal yang biasa di Jerman, dan dianggap sebagai bentuk keakraban.

Kenapa ibu mertua saya yang satu ini, bagi saya sangat menginspirasi? 

Saya mengagumi keputusannya untuk memilih hidup sendiri bersama anak tunggalnya, setelah perceraiannya dengan bapak mertua saya. Emily menjalankan dengan baik tugasnya sebagai wanita karir di satu kantor pemerintahan Jerman.

Beliau pun berhasil mendidik dan mengantarkan putra satu-satunya menyelesaikan pendidikan di bidang teknik. Laki-laki yang menjadi suami saya ini adalah seorang pria yang tidak manja, memiliki karir yang bagus, penuh perhatian terhadap keluarganya dan keluarga besar saya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun