Aku senang memandangi asap putih membumbung, menari-nari keluar dari cerobong di atas atap rumah mungil pinggir pantai yang pernah kita kunjungi bersama
Di sini banyak kenangan yang pernah kita petakan, pada langit malam yang ditaburi bintang-bintang, pada kulit batang pepohonan yang mengantarkan wangi romansa.
Engkau sematkan seuntai gelang mutiara tiga mata, berkilau dalam balutan harapan dan janji yang pernah kita ungkapkan bersama.
"Jaga ya jalinan cinta kita ini."
Ucapmu sehangat pelukan yang menjalar di pembuluh darahkuÂ
Aku masih duduk di kursi samping jendela yang menghadap ke timur
Mungkin engkau akan datang membawa seikat kuntum rindu yang telah kau rangkai
Potongan kayu di perapian mengeluarkan jilatan api yang menyambar-nyambar dinding kaca
Rumah mungil ini masih sepi, menunggu hadirmu
Di atas meja tergeletak sepucuk undangan berwarna keemasan dengan lukisan namamu di dalamnya
Tapi aku masih duduk di sini, menatap asam putih yang melambung tinggi, hingga lenyap diterpa anginÂ
-------
Hennie Triana Oberst
Deutschland, 12.12.2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H