Mohon tunggu...
Hennie Triana Oberst
Hennie Triana Oberst Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling dan budaya

Kompasianer Jerman || Best in Citizen Journalism Kompasiana Awards 2023

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mengapa Orang Bule Suka Kulit Berwarna Eksotis?

8 Desember 2020   08:21 Diperbarui: 27 April 2021   07:09 5527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penilaian di masyarakat mengenai kulit putih mulai bergeser sejak abad ke-18, ketika di Jerman dan Inggris mulai dikenal thalassotherapy, yaitu pengobatan dengan mandi air laut. Ternyata, bukan hanya mandi air saja, melainkan mandi udara dan cahaya matahari juga. Menurut dokter, berjemur di bawah matahari memiliki efek yang baik dan menyehatkan tubuh.

Lama kelamaan semakin banyak orang yang menyukai perubahan warna kulit dari kegiatan berjemur ini. Pandangan masyarakat berubah. Kulit putih dianggap tidak lagi menarik, karena terlihat pucat dan tidak sehat, seperti kulit pekerja tambang yang tidak mendapatkan sinar matahari dalam waktu yang lama.

Warna kulit kecoklatan menjadi ekspresi kemandirian dan gaya hidup.

Tidak ketinggalan, tren ini juga memasuki dunia catwalk, walaupun secara tidak sengaja.  Perancang busana terkenal Coco Chanel pada musim panas tahun 1923, bersama pasangannya berlayar di sepanjang Cte d'Azur, bagian pantai Mediterania Perancis. Namun ia lupa membawa payung sebagai pelindung diri dari matahari. 

Sepulang berlayar kulitnya menjadi berwarna gelap, "coklat seperti orang gipsi," begitu ucapannya. Ia berpose untuk seorang fotografer dengan gaun warna putih, sehingga menonjolkan warna kulitnya. 

Pada mulanya, dunia mode tidak menyukai hal ini, karena warna kulit pucat adalah lambang kecantikan. Kemudian Coco Chanel memajang maneken berwarna kecoklatan. Kulit berwarna kecoklatan yang terbakar matahari menjadi mode baru, dan merupakan simbol status sosial.

Masyarakat di sekitar Mediterania menggunakan minyak zaitun, almond, wijen dan lemon untuk merawat kulit mereka. Meskipun bahan-bahan ini tidak banyak membantu melindungi kulit dari terpaan sinar surya, tetapi setidaknya menghindari kulit menjadi kering.

Baca: Stop Pertarungan Politik Warna Kulit Perempuan dalam Dunia Periklanan!

Berjemur di bawah sinar matahari secara medis juga penting untuk pembentukan vitamin D. Orang yang berasal dari negara beriklim tropis dan tinggal di negara empat musim sering kekurangan vitamin D, seperti saya. Solusinya didapat dari dokter, dengan menebus resep vitamin D dari apotek. 

Gaya hidup baru berjemur di bawah matahari  di sisi lainnya bisa membahayakan kesehatan, akibat radiasi ultraviolet.

Tabir surya berbentuk krim yang merupakan pelindung sinar matahari modern diproduksi pertama kalinya pada awal tahun 1930 oleh perusahaan Bayer dari Jerman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun