Pernah engkau katakan bahwa rasa sedih dan kecewamu menguatkan cinta yang akan kau berikan pada gadismu nanti.
Aku, mulanya tak mengerti apa maksud kata-katamu itu.
"Bagaimana mungkin?"
Begitu aku bertanya dengan perasaan bersalah.
Lalu kau katakan, sambil menatapku dengan mata sendumu,
bahwa harapanmu yang telah kutelantarkan itu kau gantungkan di ranting pohon.
Rajutan rindumu untukku telah kau tempelkan di pucuk pinus.
Terpaan badai dan salju akan menguatkan dan takkan runtuh lagi.
"Aku akan selalu menyimpan senyummu di lubuk hatiku."
Kau berbisik sambil mengecup dahiku.
Bayanganmu pun hilang di ujung senja, membawa renjana dalam saku bajumu.
-------
Hennie Triana Oberst - DE.06122020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H