Si putih dengan nama Allium sativum dalam bahasa Latin ini hampir tidak pernah ketinggalan dalam masakan nusantara dan hampir semua negara Asia. Bawang putih berasal dari Asia Tengah dan sudah dibudidayakan lebih dari 5.000 tahun yang lalu.
Bangsa Romawi yang membawa bawang putih melintasi Mediterania menuju kawasan Eropa. Para biksu pun membudidayakannya sebagai tanaman obat di taman-taman biara.
Tanaman ini kaya manfaat, antara lain sebagai antibiotik alami dan menurunkan kadar kolesterol. Konon, bawang putih juga dapat mengurangi rasa sedih dan murung.
Penangkal Sihir
Pada zaman dahulu, masyarakatnya masih percaya takhayul, mereka takut pada setan dan penyihir. Dalam pandangan mereka, penyihir dan setan ini yang bertanggung jawab atas kemalangan yang terjadi, seperti bencana alam, gagal panen, kematian ternak, penyakit, kemandulan, impotensi, kelahiran yang aneh, kelaparan dan kejahatan yang tidak terpecahkan.
Wanita hamil dan bayi dianggap sangat rentan terkena mantra jahat. Jika bayi yang baru lahir banyak menangis, orang tua mengartikannya sebagai tanda-tanda anak tersebut kena pengaruh sihir, yaitu "dibentak", mungkin seperti kesambet.
Apabila terjadi kematian, orang yang berkabung akan mengelap meja dan kursi di ruang tersebut dengan air rebusan dari bawang putih dan batang labu. Gunanya untuk mencegah roh orang mati bergentayangan dan "melakukan" hal-hal buruk.
Tidak hanya melindungi diri saja, rumah dan lingkungan mereka juga dilindungi dari pengaruh roh jahat. Oleh sebab itu, mereka menanam bawang putih gunung (Allium victorialis) di sekitar rumahnya. Mereka percaya setan sangat membenci tanaman ini.
Kuliner Jerman Tanpa Bawang Putih
Ternyata tidak semua negara menggunakan bawang putih dalam olahan kuliner mereka, contohnya negara Jerman.