Dari tempat terpencil yang tidak bisa dijadikan kebun maupun sawah, wilayah ini kemudian disulap menjadi bagian kota yang sangat indah. Selama hampir seratus tahun, area yang awalnya hanya 672 ribu meter persegi, berkembang menjadi 10 juta meter persegi, setelah mengalami dua kali perluasan.
Wilayah konsesi Perancis ini mencapai puncaknya setelah Perang Dunia Pertama. Di tempat ini mereka memiliki gereja, sekolah, rumah sakit bahkan rumah bordil milik sendiri. Kemajuan kawasan ini menarik ribuan orang Cina, terutama ketika mobil pertama terlihat di tempat ini.Â
Pada tahun 1941 Jepang mengambil kendali penuh selama Perang Dunia Kedua. Kesepakatan ditandatangani untuk mengembalikan tanah. Bangsa Perancis akhirnya meninggalkan kota Shanghai.
Kawasan ini memang terlihat berbeda, dengan ciri khas jalannya yang teduh, lantaran di kedua sisinya berjajar pepohonan Maple. Konon, tanaman ini didatangkan langsung dari Perancis. Di sepanjang jalan area yang nyaman dan rapi ini banyak dijumpai butik, toko barang antik, dan galeri seni.
Jika berada di distrik ini, jangan lupa untuk mampir ke kafe, bar dan restoran yang ditata sangat menarik dan trendi. Suasananya memang terasa sangat berbeda dibandingkan distrik-distrik kebanyakan yang ada di negeri ini.
Shanghai dengan julukan "Paris of the East", memiliki reputasi noir dan intrik pada tahun 1920-an dan 1930-an. Namun, citra kota dengan bangunan **Art Deco yang elegan, panggung teater dan kafenya yang mengingatkan ibukota Perancis tidak pernah pudar.
Shanghai sebagai ibukota finansial Cina, tak bisa dipungkiri merupakan kota yang terdepan dan glamor.Â
Salam rindu untuk Shanghai!
Catatan:
*Perang Opium Pertama (1839-1842), konflik bersenjata antara Inggris Raya dan Kekaisaran Cina dari Dinasti Qing. Pemicunya adalah impor ilegal yang dilakukan oleh Inggris.