Tujuh jahitan menutup luka di kepala bagian belakangnya. Untungnya (masih tetap ada untungnya di balik musibah ini), setelah diperiksa dengan seksama tidak ada cedera lainnya.
Dalam perjalanan kembali ke vila, ingatan suamiku berangsur-angsur pulih. Dia sudah bisa tertawa-tawa dan membalas candaan yang dilontarkan adik iparku.
***
Aku cukup lega dengan pulihnya ingatan suamiku. Putri kami pun terlihat sudah ceria kembali. Tidak mengapa liburan kali ini harus terisi dengan kunjungan ke dokter beberapa kali. Kami harus kembali beberapa hari lagi ke rumah sakit, memeriksakan keadaan luka di kepala suamiku.
Stefan, lelaki berkebangsaan Jerman yang merupakan suami dari kakakku mulai menggoda suamiku. Abang iparku ini memang suka sekali berseloroh.
"Kau salah, mestinya waktu istrimu tanya kau tau dia itu siapa, jawab nggak kenal. Tschüss."
"Ya, ya, Gitu jawabanmu kalau kau yang ditanya."
"Ja, klar. Sudah pasti itu. Kesempatan untuk kabur."
Stefan tak pernah kekurangan ide untuk menimpali perkataan orang lain.
Kami terbahak-bahak dibuatnya. Stefan memang selalu membuat suasana menjadi ramai dan mencari kesempatan menggoda siapa saja.Â
Menikmati liburan dan berkumpul dengan keceriaan seperti ini adalah keadaan yang langka. Sejenak melepaskan rutinitas. Tidak perlu repot memikirkan harus masak dan menyediakan makanan, sudah ada yang menangani urusan perut kami. Anak-anak pun bisa bermain bebas di halaman, camilan juga tersedia lebih dari cukup.