Terpaksa ajakannya kutolak. Hari sudah gelap dan tugasku untuk besok belum selesai.
Kelana memasuki halaman warung Mbak Ima, menoleh sebentar dan melambaikan tangannya.
Toko Bang Apul terlihat sepi. Cepat-cepat kupesan barang-barang yang diperlukan dan sebungkus kacang telur kesukaanku. Toko ini menyediakan berbagai keperluan orang-orang di wilayah kami. Tidak terlalu besar ukurannya, tapi bisa dikatakan hampir segalanya tersedia di sini.
*****
"Rumah besar di Jalan Anyelir itu rencananya mau dijadikan mal lho, Bu."
Bu Diah, teman kerja ibu yang tinggal di gang sebelah sedang berbincang dengan ibuku di teras rumah.
"Rumah besar yang halamannya luas itu ya Bu Diah?" tanyaku penasaran dan ikut nimbrung.
"Iya La, sudah lama kosong." Bu Diah menoleh ke arahku.
"Kabar dari mulut ke mulut, di sekitar situ sedikit angker. Sering orang melihat pemilik rumahnya duduk di teras." Sambil berkata, beliau mengusap kedua lengan atasnya.
"Kelana, kalau nggak salah namanya. Dia sebatang kara, sudah lama ditinggal orang tuanya karena kecelakaan mobil. Dua tahun lalu Kelana nyusul orang tuanya, kecelakaan yang sama persis lokasinya."
Bu Diah masih meneruskan ceritanya.