Mohon tunggu...
Hennie Triana Oberst
Hennie Triana Oberst Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling dan budaya

Kompasianer Jerman || Best in Citizen Journalism Kompasiana Awards 2023

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Die Bremer Stadtmusikanten, Dongeng yang Menjadi Landmark Kota Bremen

22 Agustus 2020   14:30 Diperbarui: 22 Agustus 2020   16:43 885
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pelajaran yang bisa diambil dari dongeng ini adalah dengan kerjasama dan solidaritas sesama orang-orang yang lemah (secara sosial maupun usia), berhasil melawan kesemena-menaan kaum yang lebih kuat.

Dongeng ini salah satu yang membahas keinginan utopis sosial dari kelas bawah dalam masyarakat borjuis pada abad ke-19.  Hal Ini salah satu alasannya mengapa dongeng ini sangat populer.

Saking terkenalnya dongeng Die Bremer Stadtmusikanten, ia menjadi salah satu simbol kota Bremen. Pada tahun 1953 di jantung kota Bremen didirikan patung dari perunggu karya Gerhard Marcks dengan bentuk keempat hewan tersebut.

Kebetulan saat kami mengunjungi kota Bremen masih di masa pandemi. Saat wisatawan dari luar negara Uni Eropa belum diizinkan mengunjungi negara Jerman. Hanya wisatawan lokal dan negara-negara sekitarnya saja yang sedang berjalan-jalan menikmati keindahan kota.

Situasi kota Bremen terlihat relatif lengang. Beberapa orang terlihat sedang berada di dekat patung yang berdiri tegak di alun-alun kota, di sisi barat gedung Balai Kota. 

Mereka bergantian berfoto di sisi patung tersebut, dengan memegang kedua kaki bagian depan keledai.

Dipercaya hal tersebut membawa keberuntungan, siapa yang berhasil memegang kedua kaki patung keledai tersebut, maka impiannya akan terwujud.

Benar atau tidak, masing-masing orang dapat membuktikannya di masa yang akan datang.

Selamat jalan-jalan di Bremen dan jangan lupa mengunjungi patung Musisi Kota Bremen!

-------

Hennie Triana Oberst - DE.22082020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun