Jika mengundang teman-teman dari berbagai bangsa termasuk yang dari Indonesia untuk makan di rumah, biasanya saya memasak kuliner Nusantara. Alasannya karena masakan Nusantara adalah yang paling bisa saya buat.
Selain itu saya cukup percaya diri untuk menyajikannya kepada tamu, sekalian memperkenalkan sebagian kecil kuliner Indonesia kepada teman-teman dari bangsa lain.
Dari pengalaman pribadi, sampai saat ini belum ada yang tidak menyukainya, bahkan pada masa-masa awal di Jerman, teman-teman akrab dari kelas bahasa Jerman dulu meminta saya mengadakan kelas masak kilat untuk mereka.
Saya ingat sekali waktu itu mereka saya ajari membuat Semur Ayam dan Sambal Terong, kami di Medan menyebutnya "Sambalado Terong". Masakan ini yang biasa dimasak di rumah dulu, jadi saya belajar dari Ibu saya.Â
Teman-teman saya menyediakan tempat dan semua bahan makanan, saya hanya diminta berbagi ilmu. Mereka berasal dari Romania, Â Amerika Serikat, Brazil, Venezuela dan salah satu negara di Afrika.
Dari perbedaan selera lidah berbagai benua, ternyata kedua olahan tersebut bukan saja digemari, tetapi melekat di hati mereka.
Resep dan cara memasak dicatat oleh mereka sedemikian rupa. Lucu juga melihatnya, karena masakan yang saya anggap sederhana ini ternyata bisa begitu diminati.
Memasak, menurut saya pribadi, adalah juga kreativitas kita. Menetap di negara yang tidak selalu lengkap menyediakan bahan makanan untuk meracik masakan khas Indonesia, membuat saya dan mungkin hampir semua orang Indonesia yang tinggal di luar negeri menjadi lebih kreatif.
Ada beberapa bumbu yang bisa diganti dengan bahan lain yang sejenis, dan hasilnya akan mendekati kelezatan rasa aslinya.Â
Seperti kata pepatah; "Tak ada rotan akar pun jadi".