Mohon tunggu...
Hennie Triana Oberst
Hennie Triana Oberst Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling dan budaya

Kompasianer Jerman || Best in Citizen Journalism Kompasiana Awards 2023

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belasungkawa yang Sulit untuk Diungkapkan

19 Juni 2020   03:42 Diperbarui: 19 Juni 2020   03:47 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto:GoranH/pixabay.com

Siang itu saya sedang berjalan-jalan dengan seorang teman yang berasal dari satu negara di Afrika. Saya belum lama kembali dari Indonesia karena berpulangnya Ayah saya. (Sebelas tahun yang lalu)

Teman saya itu mengatakan, dia sengaja waktu itu hanya mengucapkan belasungkawa saja, tidak ingin berbicara lama-lama di telpon. Situasi waktu itu memang tidak memungkinkan, karena saya harus secepatnya terbang  ke Indonesia.

Dia bilang;

"Maaf, aku tak bicara banyak waktu itu. Apa yang bisa aku katakan selain mengucapkan belasungkawa, dan mendoakan yang terbaik?"

Ada benarnya ucapan teman saya itu. Beberapa hari lalu, seorang sepupu saya kehilangan suaminya. Saya mengucapkan belasungkawa pada sepupu saya tersebut, setelah membaca pesan di grup whatsapp saudara kandung.

Hanya ucapan dan doa saja yang saya sampaikan, setelah sepupu saya mengatakan kepergian suaminya itu tiba-tiba saja, tidak ada sakit sebelumnya.

Lantas saya tulis, akan menghubungi dia beberapa hari lagi.

Kenapa?

Saya kehabisan kata-kata. Tidak tahu mau bicara apa, di tengah kesedihannya dan sudah pasti ditambah kesibukannya saat itu. Walaupun saat pandemi ini diminta untuk tetap menjaga jarak dan menghindari keramaian, tidak mungkin suasana sepi di kediamannya.

Saya yakin, pasti setiap orang yang berjumpa sepupu saya akan mengajukan pertanyaan yang kurang lebih sama. Tentu saja dia akan menjawabnya satu persatu dalam balutan kesedihan dan tangis.

Siang tadi, waktu Jerman, saya menghubunginya lagi. Kami memang sangat dekat, bisa dikatakan kami tumbuh bersama, karena bukan saja seumuran tetapi juga selalu bersama di sekolah sejak SD hingga SMA.

Tapi tadi saya tetap tidak bisa berkata-kata banyak. Mendengarkan saja. Rasanya lebih baik daripada kebanyakan bertanya dan menyampaikan kata-kata penghiburan agar dia tabah, tegar dan lainnya. Saya tahu, saat ini perasaannya mungkin sedang tak menentu, tak ada orang lain yang akan bisa menggambarkannya.

Saya hanya bisa berdoa, semoga segalanya akan berjalan dengan baik dan almarhum mendapat tempat yang terbaik di peristirahatan terakhirnya.

Tulisan ini hanya sekedar curhat dalam dukacita.

Segala yang ada di dunia tak ada yang abadi.

-------

Hennie Triana Oberst 

DE 15062020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun