Secarik kertas warna biru muda melayang-layang, sebelum jatuh di lantai kayu kamar tidurku.
Ah, ternyata itu hanya akal-akalan saja. Meminjam buku-buku kesukaanku.
Sebait puisi kau selipkan di sana.
"Adalah hati yang pupus ditelan senja,
saat bibirmu berucap kau tak suka pujangga, hanya indah dalam kata-kata.
Tahukah engkau, itu tak sekadar rayuan.
Aku titipkan bait ini tanda selamat tinggal"
Melekatkan cinta pada hati yang salah. Bukankah persahabatan kita lebih indah daripada cerita tentang sepasang kekasih. Bahkan lebih indah dari bait-bait puisimu.
.
-------
Hennie Triana Oberst
DE 31052020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H