Mohon tunggu...
Hennie Triana Oberst
Hennie Triana Oberst Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling dan budaya

Kompasianer Jerman || Best in Citizen Journalism Kompasiana Awards 2023

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bagaimana Sebaiknya Memanggil Nama Orang di Jerman?

14 April 2020   14:32 Diperbarui: 14 April 2020   15:47 2095
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lebih baik tidak langsung merasa akrab memanggil nama,  jika mereka memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap atau hanya menyebutkan nama keluarga. Biasanya jika mengenalkan diri, orang akan menyebutkan nama keluarganya saja, atau nama depan plus nama keluarga (Hennie Oberst, misalnya).

Dalam pergaulan sehari-hari,  contohnya dengan tetangga, terutama yang lebih tua dan kita belum kenal dekat, jangan memanggil nama. Panggil mereka dengan Frau atau Herr dan nama keluarga mereka.

Setelah kenal baik dan akrab, orang Jerman lebih suka memanggil nama depan saja, tanpa ada embel-embel Frau atau Herr, tidak peduli berapapun beda usia mereka.

Anak-anak teman saya yang orang Indonesia di sini memanggil saya hanya dengan nama saja, begitu juga anak saya ke mereka. Rasanya memang jadi kurang pas dan janggal, jika dipanggil Tante.

Panggilan Tante dan Onkel (Om) hanya digunakan untuk keluarga dekat saja, sebatas keponakan dari saudara kandung.

Hal seperti ini yang tidak kita jumpai di Indonesia. Tentu kita dianggap tidak sopan, misalnya, memanggil nama saja pada orang tua dari teman kita.

Atau contohnya saya, memanggil mertua dengan nama mereka saja, bukan Mama atau Papa. Ini kemauan mereka, karena merasa hubungan dekat bukan saja sebagai menantu dan mertua, tetapi juga sebagai teman.

Tetapi soal panggilan ke mertua ini tidak berlaku untuk semua orang. Banyak juga teman-teman saya yang memanggil mertua mereka dengan sebutan Mama dan Papa, layaknya di Indonesia.

Saya jadi ingat pertanyaan seorang Kompasianer,  Ayah Tuah (pinjam namanya ya hehehe), yang pernah bertanya apakah anak saya jika berbicara dengan saya menyebutkan "you" kepada saya.

Memang lucu membayangkannya, kita sebagai orang Indonesia, berkomunikasi dengan orang tua tapi menyebut kamu.

Saya waktu itu menjawab; jika kami berbahasa Jerman, anak saya akan menyebut saya dengan "Du" (kamu). Karena jika kata "Du" diganti dengan "Mama", maka kalimat bahasa Jerman akan menjadi bentuk kalimat untuk orang ketiga, seperti bahasa Inggris. Kedengarannya aneh dan tidak pas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun