Permainan online ini sudah lama saya kenal, dari anak saya tentunya. Sebelum anak saya mengunduh satu permainan online, dia selalu bertanya lebih dahulu, apakah boleh atau tidak. Saya atau suami yang akan memeriksa terlebih dahulu, disamping itu saya selalu menghindari permainan yang berbayar (mahal) dan berseri yang harus terus menerus dibeli.
Sudah lewat beberapa tahun silam sejak anak saya mulai bermain Minecraft ini. Saya sendiri tidak pernah ikutan main, tapi sering memperhatikan putri saya bermain. Awalnya dia menggunakan gawai saya karena saat itu, di usianya yang baru memasuki Sekolah Dasar, ia belum memiliki ponsel pribadi. Saya pun harus rela gawai saya penuh dengan gambar hasil kreasinya dari permainan yang di-screenshot.
Tidak apalah, demi anak. Saya memang merasa anak saya waktu itu masih terlalu muda dan dia belum membutuhkan gawai pribadi. Karena pergi dan pulang sekolah dia menumpang bus sekolah, dijemput dan diantar di kompleks perumahan tempat kami tinggal. Saat itu kami masih bermukim di Shanghai, Tiongkok.
Minecraft adalah game online yang diciptakan oleh seorang programer asal Swedia, Markus Persson. Dirilis oleh Mojang pada tahun 2011, kemudian dibeli oleh Microsoft pada tahun 2014. (wikipedia.org)
Maincraft ini adalah permainan membangun blok-blok berbentuk kubus dengan mengumpulkan bahan baku contohnya dari batu, kayu, dan pasir. Hasil bangunan dan lanskap berbentuk gunung, gua dan padang rumput dari blok-blok ini dapat dibongkar dan dibentuk lagi sesuai imajinasi dan kreativitas pemainnya.
Ada pilihan di awal permainan; mode kreatif dan mode bertahan hidup.
Pada mode kreatif, fokusnya adalah merancang dan membangun. Bagian inilah yang saya perhatikan yang paling sering dimainkan oleh anak saya. Hobinya memang menggambar dan merancang bentuk bangunan. Ketika bermain minecraft saya lihat ia suka membuat rumah atau istana lengkap dengan isinya dan taman sesuai fantasinya.
“Ini rumah kita nanti Ma.”
Anak saya menunjukkan rancangan rumahnya.
Bangunan rumah yang luas dengan satu sisi untuk dia dan keluarganya, sisi lainnya untuk saya dan suami. Terharu waktu melihatnya. (Sejak jadi seorang ibu saya memang gampang terharu, entah kenapa).
Pendapat saya pribadi, minecraft ini tidak buruk. Memang ada sosok monster, zombie, rangka manusia, tetapi penggambarannya tidak mengganggu dan menyeramkan. Ada hal positif dari permainan ini, kreativitas anak digugah untuk merencanakan dan menciptakan bentuk satu bangunan.
Selama masa isolasi dan liburan ini anak saya setiap hari bermain game online ini dengan server mode, yang digunakan untuk bisa bermain bersama dengan pemain lainnya. Teman-temannya dan sepupunya yang biasanya bermain bersama.
Setelah selesai makan malam mereka mulai sibuk bermain online. Sepertinya hanya ini cara satu-satunya anak-anak saling berkomunikasi sambil bermain. Kebosanan mereka karena sekolah terpaksa diliburkan akibat pandemi corona.
Beda situasinya jika masa liburan sekolah dan kami tidak pergi ke luar kota. Anak-anak yang hanya di rumah saja bisa janjian bertemu. Sudah beberapa hari terakhir ini anak saya berkata dia ingin sekolah lagi, bosan karena kami tidak bisa ke mana-mana dan rindu dengan teman-teman sekolahnya.
Sudah bisa dipastikan segala sesuatu yang membuat kecanduan itu berakibat buruk, termasuk game online ini berisiko menjadikan anak kecanduan. Bahkan saya pernah mendengar seorang kenalan yang menceritakan anaknya pernah kecanduan game online sehingga beberapa bulan tidak belajar sama sekali, sehingga nilai sekolahnya juga anjlok. Beruntungnya belum sampai terlambat dan bisa dikontrol lagi.
Jalan yang sederhana saya tempuh adalah memantau tetapi juga memberikan kepercayaan kepada anak saya. Hanya saja selama masa “Zuhause bleiben" ("di rumah saja”) ini saya lebih memberinya kelonggaran.
Saya sebagai orang tuanya saja sesekali kesal dan bosan karena tidak bisa ke mana-mana dan bertemu dengan teman, apalagi anak saya yang sehari-hari bermain dengan teman-temannya.
Harus tetap semangat menunggu masa isolasi berakhir.
-------
HennieTriana Oberst
DE 10042020
Referensi: de.wikipedia-org, schauhin.info
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H