Mohon tunggu...
Hennie Triana Oberst
Hennie Triana Oberst Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling dan budaya

Kompasianer Jerman || Best in Citizen Journalism Kompasiana Awards 2023

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Pesona Kota Kanal Qiandeng di Pinggiran Shanghai

6 April 2020   15:57 Diperbarui: 29 April 2021   04:39 587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penjual Chou Doufu - foto: HennieTriana

Di sekitar kota Shanghai banyak dijumpai kota kanal, salah satunya adalah Qiandeng. Kota tua Qiandeng yang artinya Seribu Lampu ini letaknya di Kunshan, provinsi Jiangsu. Tidak terlalu dikenal oleh wisatawan mancanegara dan lokasinya tidak terlalu mencolok mata. Tempat ini saya temukan ketika sedang mencari-cari di internet tempat wisata yang tidak terlalu padat pengunjung dan tidak jauh dari kota Shanghai.

Kebetulan supir yang bekerja di kompleks perumahan tempat kami tinggal berasal dari tempat ini. Maka ketika saya tanyakan apakah ia punya waktu untuk ke sana, dengan senang hati ia mengantar. Hanya 40 km jaraknya dari tempat tinggal kami.

Kami berjalan kaki dari tempat parkir menuju kota kanal. Mungkin jaraknya sekitar 500 meter, jalanan ini terlihat seperti jalanan biasa, di kiri kanannya berjajar toko dan restoran. Ramai pengunjungnya, seperti ramainya keseharian suasana pasar saat orang sibuk berbelanja.

Di ujung jalan sebelah kanan, terdapat loket yang tidak terlalu istimewa bentuknya, boleh dikatakan jelek. Kami mendatangi loket itu, bermaksun membeli tiket. Ternyata tidak dipungut biaya untuk memasuki kawasan kota tua ini. Pengunjung hanya harus membayar jika ingin mengunjungi museum, pameran, dan teater yang terdapat di kaasan kota tua. Tarifnya sebesar 60 Yuan untuk dewasa, dan 30 Yuan untuk anak-anak. Tiket itu berupa tiket terusan, satu tiket berlaku untuk semua tempat wisata.

Kota Qiandeng dulunya bernama Qiandun didirikan 2500 tahun yang lalu. Arsitektur bangunannya paduan masa Dinasti Ming (1368-1644) dan Dinasti Qing (1644-1912). Hampir semua masih terlihat terawat baik, walaupun ada juga sebagian yang tidak berpenghuni, Nampak mulai ada yang rusak, bahkan ada yang hampir rubuh.

Di kota ini terdapat museum lampu. Di sini dipamerkan berbagai jenis lampu, yang terbuat dari berbagai bahan baku. Lampu-lampu ini berasal dari dinasti yang berbeda, dari masa ke masa. Sayang sekali tidak banyak keterangan yang bisa saya dapatkan, lagi-lagi karena keterbatasan bahasa.

Lorong kota - foto: HennieTriana
Lorong kota - foto: HennieTriana
Kunqu Opera

Kami memasuki dua gedung pertunjukan opera. Kunjungan yang sia-sia, karena pertunjukan baru akan dimulai sore hari. Terlihat panggung masih kosong, belum ada persiapan apa pun dilakukan.

Beberapa orang sedang duduk di kursi penonton yang tersusun rapi. Mereka sepertinya tidak peduli akan menunggu lama, hingga pertunjukan dimulai. Tampak mereka saling berbincang satu sama lain. Mungkin mereka penonton langganan, atau warga yang tinggal di daerah ini, atau bisa jadi merekalah para pelakonnya.

Di kota Qiandeng inilah lahirnya Kunqu Opera atau disebut juga Kunshanqiang, sekitar 600 tahun yang lalu. Opera Kunqu merupakan leluhur dari Opera Cina.

Seni Opera Kunqu adalah gabungan dari bernyanyi, membaca, akting, akrobat, menari dan seni bela diri, yang terkenal dengan gerakan elegan dan suara yang merdu dan indah.

Pertunjukan opera tidak hanya memperkaya kehidupan intelektual penontonnya, tetapi juga menyebarkan moralitas sosial, pandangan tentang kesetiaan, kesalehan, kebaikan dan keadilan, kerinduan akan kehidupan yang baik, juga cinta yang setia.

Pada tahun 2001 Opera Kunqu masuk daftar warisan dunia UNESCO sebagai "Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity".

Kami putuskan untuk meninggalkan ruangan, menonton opera seperti ini dengan membawa anak kecil bukan pilihan yang tepat.

Oh iya, di sekitar gedung pertunjukan ada beberapa tempat penyewaan kostum opera. Tidak ketinggalan jasa tata rias wajah dan fotografer, bagi yang ingin menyewa dan mendapatkan hasil foto yang bagus.

Menikmati Kota dan Makan

Gang-gang sempit di sini terbuat dari susunan lempengan batu-batu sepanjang 1,5 km, yang terbentang dari utara ke selatan. Kadang-kadang batu-batu ini agak licin jika ditapaki, terutama jika menggunakan sepatu hak tinggi. Rumah-rumah yang berada di gang ini sebagian adalah toko-toko yang menjual cenderamata.

Penjual Chou Doufu - foto: HennieTriana
Penjual Chou Doufu - foto: HennieTriana
Aroma chou doufu (tahu busuk) tercium di mana-mana. Chou doufu adalah tahu yang dibuat dengan cara fermentasi dan diasinkan, yang menghasilkan aroma yang sangat tajam. Makanan ini sangat populer di Cina. Dulunya chou doufu merupakan kudapan murah yang tersedia di warung-warung dan pasar malam. Tetapi sekarang restoran juga menyajikan tahu busuk ini sebagai salah satu menu khas mereka.

Di Qiandeng, chou doufu sepertinya merupakan jajanan khas, dijual dengan cara menggoreng, kemudian disajikan dengan siraman saus di atasnya. Saya tidak mencobanya, karena masih belum biasa dengan aroma yang tajam menusuk. Menurut beberapa teman yang pernah mencoba, chou doufu ini sangat enak rasanya setelah digoreng.

Sudut kota Qiandeng - foto: HennieTriana
Sudut kota Qiandeng - foto: HennieTriana
Di desa kuno ini kami menikmati makan siang di salah satu warung yang terletak di pinggiran kanal. Rumah makan ini kami pilih, karena menampilkan menu makanan dengan gambar hidangannya. Ini adalah trik ampuh jika tidak mengerti aksara Cina. Makan di warung yang hanya menyediakan menu dengan tulisan tanpa gambar makanan, sementara mereka sama sekali tidak bisa berbahasa Inggris, dan kita tidak mengerti bahasa mereka, maka harus siap jika makanan yang tersaji adalah menu yang salah.

 

Wisatawan kaukasia, atau bule hampir tidak tampak di kota kanal ini. Sepertinya hanya suami saya siang itu satu-satunya bule yang ada di Qiandeng. Maka kami pasrah, makan siang ditemani orang-orang yang berdiri di sekitar meja, menonton kami makan. Lebih tepat, menonton suami dan anak kami yang setengah bule. Betapa berkesannya jalan-jalan di Qiandeng.

---
Hennie Triana Oberst 

Deutschland 06.04.2020
Referensi: chinahighlights.com, Kunshan China en.ks.gov.cn

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun