Menonton serial itu asyik karena lebih panjang ceritanya, tetapi ada tidak enaknya, karena sering ketika sedang asyik menonton tiba-tiba tayangan selesai, bersambung. Karena itu saya kurang suka mengikuti cerita seri, termasuk sinetron, kecuali seri tersebut tidak terlalu panjang. Drama Korea contohnya, saya hanya mengikuti satu cerita, tetapi saya lupa ada berapa episode. Kebetulan tidak terlalu panjang dan saya tidak harus penasaran menunggu episode yang baru. Kisah yang terlalu panjang, menurut pendapat saya, akan menjadikan serial tersebut membosankan dan dipaksakan.
Mengisi waktu luang yang lebih banyak di rumah selama masa "karantina" akibat coronavirus kali ini saya habiskan juga untuk melihat-lihat film lama. Ingin menonton film baru juga tidak mungkin ke pergi bioskop, karena di mana-mana terlihat seperti kota mati.
Film seri "The Act" ini ditayangkan dalam 8 episode. Difilmkan berdasarkan kisah nyata yang terjadi pada tahun 2015 di Springfield, Missouri - Amerika Serikat. Kisah tentang seorang Ibu -- Dee Dee Blanchard -- dan  anak perempuannya, Gypsy Rose Blanchard.
Kisah diawali dengan laporan ke kepolisian Springfield - Missouri oleh tetangga di depan rumah Dee Dee dan Gypsy. Mereka mengkhawatikan Dee Dee dan Gypsy, setelah membaca status yang ditayangkan di Facebook ibu dan anak tersebut.
Dee Dee, seorang single parent yang dikenal para tetangga sebagai seorang ibu yang penuh kasih sayang. Ia merawat putri tunggalnya yang menderita berbagai penyakit parah dan duduk di kursi roda. Mereka hidup dari sumbangan para dermawan yang lebih dari cukup mereka terima.
Gypsy hanya sekolah hingga kelas dua, setelah itu ia belajar di rumah dengan diajar oleh ibunya. Ia tidak memiliki teman sama sekali. Alasan ibunya karena penyakitnya yang parah dikhawatirkan akan menyebabkan infeksi jika berhubungan dengan anak-anak lainnya.
Ibunya kemudian menyuruh Gypsy untuk menggunakan kursi roda dengan alasan ia mengalami Distrofi Otot -- kelainan otot yang ditandai dengan melemah dan memburuknya fungsi otot -- dan tidak bisa lagi berjalan.Â
Dee Dee mengatakan kepada tetangganya bahwa Gypsy memiliki kecerdasan di bawah rata-rata, menderita Leukemia, epilepsi dan mengalami kebotakan akibat kemoterapi. Setiap hari putrinya itu harus menelan berbagai pil, bahkan untuk makan harus dibantu dengan dipompa melalui selang yang terhubung ke perutnya.Â
Pada tanggal 14 Juni 2015, polisi menemukan Dee Dee tewas ditikam di tempat tidurnya. Satu hari kemudian Gypsy, yang ternyata bisa berjalan normal, ditangkap bersama dengan pacarnya, Nicholas Godejohn, dengan tuduhan melakukan pembunuhan berencana.
Gypsy ingin membebaskan dirinya dari "penjara" yang telah dibangun oleh ibunya sendiri, tetapi tidak pernah berhasil. Ibunya selalu memperlakukannya seperti anak kecil. Hingga ia berkenalan dan jatuh cinta kepada Nicholas melalui situs perjodohan di internet.Â
Dee Dee Blanchard adalah seorang yang mengidap Munchausen Syndrome by Proxy (MPS), gangguan psikologis, dimana penderitanya memanfaatkan orang lain (Gypsy, anaknya sendiri), memalsukan dan memanipulasi penyakit orang tersebut agar orang tergantung kepadanya, juga untuk mendapat simpati dan perhatian dari orang lain.
Serial televisi Amerika ini ditayangkan pada tahun 2019, dengan pelakon Patricia Arquette sebagai Ibu dan Joey King sebagai Gypsy yang diperankan sangat baik oleh kedua aktris tersebut. Penonton akan ikut terhanyut dengan kesedihan, keharuan, kebohongan dan tindakan keji yang tersaji di layar.
Film serial ini cocok untuk ditonton, terutama para orang tua. Tetapi saran saya jangan menonton film ini dengan anak-anak di bawah usia 16 tahun.
Selamat menonton dan semoga semua sehat-sehat selalu!
.
-------
HennieTriana Oberst
DE 28032020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H