"Anakmu kenapa nggak ditindik?"
Itu pertanyaan yang saya terima dari teman-teman saat saya berada di Medan mengunjungi orang tua saya, beberapa tahun silam. Waktu itu putri saya usianya belum 2 tahun. Rambutnya juga masih pendek dan tumbuh tipis-tipis.
Menurut mereka anak perempuan kelihatan lebih cantik dengan anting-anting. Ada benarnya juga, hampir semua wanita suka perhiasan.
Dulu saya tindik telinga ketika sudah di Sekolah Menengah Atas. Saking kepinginnya pakai anting, maka pergilah saya ke toko perhiasan yang melayani tindik.
Pernah kesal juga saya tidak ditindik dari kecil. Ibu saya mengatakan dia juga lupa alasannya kenapa kakak perempuan saya dan saya tidak ditindik dari kecil, sedangkan adik-adik saya semua ditindik sejak mereka bayi.
Saya sendiri sengaja tidak menindik anak sejak kecil, karena tidak tega membayangkan kesakitan yang akan dia alami. Masih terlalu kecil menurut saya, takutnya nanti tersangkut atau melukainya ketika tidur.
Di samping itu -- di Jerman -- Â tindik untuk anak dianggap tindakan "mencederai tubuh". Tindik dianggap juga sebagai "piercing", yang hanya bisa dilakukan ketika usia anak 18 tahun, atau ketika usia 16 tahun dengan seizin orangtua.
Tetapi khusus tindik telinga untuk anting-anting, mulai usia 6 tahun sudah boleh dilakukan.
Aturan ini untuk menghindari alergi yang mungkin timbul dari bahan anting-anting tersebut. Jika anak terlalu kecil kemungkinan bisa saja ketika mereka bermain-main, menarik-narik antingnya dan menyebabkan luka atau tersangkut.
Kemungkinan lain yang terjadi adalah tertelan. Mungkin ada yang menganggap tidak mungkin terjadi? Anak kecil, Â -- walaupun tidak semua -- suka sekali memasukkan barang-barang ke dalam mulut mereka.Â
Tidak ada usaha saya untuk membawa anak saya tindik, hingga dia yang memintanya. Pernah juga dia bertanya kenapa dia tidak pakai anting-anting. Setelah saya jelaskan, maka ia mengurungkan niatnya untuk tindik. Selain itu usianya belum 6 tahun.
Saat duduk di kelas 1 SD dia mengatakan ingin pakai anting-anting. Teman-teman perempuan di kelasnya sebagian sudah memakai anting-anting, begitu dia menceritakan. Karena sudah cukup usianya maka pergilah kami sore itu ke toko perhiasan yang juga melayani tindik untuk anak-anak. Di toko itu terpasang pengumuman usia anak untuk tindik, minimal 6 tahun.
Seorang wanita yang melayani kami meminta tanda pengenal kami untuk dicatatkan di arsip mereka dan ia meminta kami mengisi formulir tanda persetujuan untuk tindik ini.
Ternyata urusan tindik untuk anak-anak tidak dianggap masalah sepele.Â
Anak saya memilih anting sesuai keinginannya, anting tusuk sederhana karena ini adalah kali pertama dia menggunakannya. Terlihat bahagia sekali putri saya, senyum lebar tak lepas dari wajahnya.
Perawatan setelah itu adalah mengolesi bagian yang baru ditindik, setiap hari selama 6 minggu, dengan antiseptik yang diberikan toko tersebut, agar tidak terjadi infeksi. Selama 6 minggu ini anting-anting tidak boleh dilepas.
Bagaimana bisa ikut mapel olahraga?
Peraturan sekolah di Jerman jika mengikuti pelajaran olahraga, tidak dibolehkan memakai perhiasan apapun, maka -- selama 6 minggu ini -- anting-antingnya harus ditutupi dengan plaster untuk luka.
Selanjutnya, anak saya sudah berangan-angan beli anting-anting model lainnya.
-------
Hennie Triana Oberst
DE 2603202
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H