Sekali waktu saya lihat ada kelompok kecil di salah satu ruang tempat berkumpul, beberapa penghuni panti sedang mendengarkan seorang wanita membacakan cerita dongeng. Mereka sangat menikmati cerita yang dibacakan tersebut, terlihat mereka tersenyum dengan mata berbinar.Â
Terapi dengan membacakan dongeng terhadap penderita demensia ini telah dimulai beberapa tahun lalu. Dari hasil pengembangan studi ilmiah oleh Universitas Alice Salomon Berlin bekerja sama dengan Kementerian Keluarga, Lanjut Usia, Wanita dan Remaja.
Pembaca dongengnya adalah orang-orang yang telah belajar dan dilatih secara khusus. Tindakan ini juga untuk meneliti sikap dan perilaku penderita demensia seperti agresivitas, apatis dan depresi.
Seorang pakar Keperawatan Weigl mengatakan "Dongeng sering menjadi pembuka pintu emosi dan kepribadian para penderita demensia".
Cerita-cerita yang dibacakan banyak dari dongeng populer Grimm Bersaudara (Brueder Grimm), karena cerita ini adalah yang mereka kenal dari masa kecil dan berakar di ingatan mereka.Â
Sepertinya hampir semua orang mengenal kisah-kisah Grimm Bersaudara ini, contohnya Pangeran Katak (Der Frosch Koenig), Si Kerudung Merah (Rotkaeppchen), Rapunzel.Â
Dalam situasi yang tenang dan santai pembacaan dongeng ini dilakukan dan berlangsung selama 25 menit. Penderita demensia terlihat sangat antusias ketika mengikuti kegiatan ini dan mereka sering menunggu jam pembacaan dongeng berikutnya.
Dengan membacakan cerita seperti ini akan mengurangi perasaan ketidakpastian, mengaktifkan semua indera penderita demensia sehingga tercipta kepercayaan.Â
Hal tersebut akan membantu mereka menjalani hidupnya lebih baik, mencegah depresi, dan meningkatkan kualitas hidup mereka. Selain itu juga meringankan tugas perawat secara psikologis.
-------
HennieTriana Oberst