Mohon tunggu...
Hennie Triana Oberst
Hennie Triana Oberst Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling dan budaya

Kompasianer Jerman || Best in Citizen Journalism Kompasiana Awards 2023

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pentingnya Kita Aktif Menagih Hak sebagai Konsumen

18 Maret 2020   07:51 Diperbarui: 19 Maret 2020   09:37 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: justynafaliszek/ pixabay

Membeli barang di masa sekarang ini menjadi lebih mudah dengan adanya toko online. Walaupun terkadang ada barang tertentu yang lebih baik dilakukan dengan membeli langsung ke tempat penjualannya.

Saya termasuk salah satu yang menyukai belanja online. Salah satu alasannya adalah hemat waktu dan transaksi bisa dilakukan kapan saja. Selain itu terkadang pilihan barang yang dicari lebih banyak tersedia online daripada di toko.

Jika melakukan pembelian online, biasanya selalu saya perhatikan apakah ongkos kirim dan retur barang gratis atau tidak. Barang-barang yang berasal dari luar negara anggota Uni Eropa tentu akan tinggi ongkos kirimnya.

Sekitar dua tahun lalu saya membeli satu headset untuk putri saya. Headset yang dia inginkan itu tidak saya dapatkan di toko yang biasa kami datangi. Modelnya berbentuk bando yang menyerupai kuping kelinci dan bisa menyala di tempat gelap. 

Di satu toko online akhirnya saya temukan barang yang diinginkannya. Barang yang berasal dari negara China dengan perwakilan penjualan di salah satu negara Uni Eropa. 

Setelah beberapa bulan digunakan ternyata satu sisinya patah. Walaupun fungsinya masih bagus, tetapi kondisi fisiknya sudah tidak memungkinkan digunakan lagi. 

Inilah salah satu ketidaknyamanan dan kemungkinan bisa dikatakan sebagai kerugian belanja online, mengajukan keluhan yang tidak bisa dilihat langsung. Harga barangnya memang relatif murah, tetapi kesal juga jika barang rusak, padahal belum lama digunakan.

Hak paling penting bagi konsumen salah satunya adalah penggantian atau perbaikan jika barang tersebut masih baru atau memiliki garansi.

Sayangnya saya tidak menyimpan kertas-kertas pembelian barang tersebut. Jika pun ada kartu garansinya, mungkin sudah terbuang dengan pembungkusnya. Tetapi saya pikir tidak ada salahnya untuk mencoba mengirimkan keluhan kepada penjualnya.

Maka saya mencoba mengirimkan email dan menceritakan bahwa pada tanggal sekian saya membeli headset, tetapi hanya beberapa bulan barang tersebut rusak. Saya lampirkan juga beberapa foto dari headset yang rusak tersebut.

Tidak disangka mereka sangat cepat menjawab email yang saya kirimkan. 

Awalnya mereka minta maaf dan menerangkan mestinya barang tidak semudah itu rusaknya. Kemudian menawarkan ganti rugi sejumlah uang, karena stok barang yang sama sudah tidak ada lagi di gudang mereka. 

Karena saya tidak puas dengan jumlah ganti rugi yang mereka tawarkan, maka saya tolak. Lalu saya ajukan pilihan lain; bagaimana jika uang dikembalikan saja, sejumlah harga barang yang telah saya bayarkan. 

Sedangkan barang rusak tersebut saya kirimkan kembali kepada mereka dengan ongkos kirim mereka yang menanggung. Untuk saya, tindakan ini sudah sangat memuaskan.

Tidak berbelit-belit, mereka langsung menyetujui permintaan tersebut, dan akan segera memprosesnya.

Headset yang rusak itu saya kirimkan esok harinya ke alamat perwakilan mereka yang lokasinya berada di satu negara di Eropa bagian timur.

Tiga hari kemudian uang saya telah dikembalikan utuh ke kartu kredit, sesuai cara bayar yang saya gunakan.

Dari pengalaman ini, saya mengambil kesimpulan bahwa sebagai konsumen terkadang kita harus lebih aktif menagih hak kita yang mungkin saja tidak terpenuhi secara otomatis.

Tidak ada salahnya mencoba, walaupun mungkin nilainya tidak seberapa.

-------

HennieTriana Oberst

DE 17022020

'kesadaran hak konsumen'

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun