Laki-laki itu seperti tersadar dari lamunannya.Â
"Apa maksudmu dengan memberi ponsel ini?" tanyaku kemudian, setelah kami berdua berada di luar lift.
"Hmm, aku sebenarnya ingin tahu nomor teleponmu, maaf. " Salah tingkah dan tersenyum malu ia berucap.Â
"Lucas," ia mengulurkan tangannya, menyebutkan namanya.
"Itu tempat kerjaku," lanjutku sambil menunjuk kantor berpintu kaca di seberang kami.Â
Lantas aku ketik  nomor teleponku dan mengembalikan ponselnya.
"Oh, thank you very much. I'll call you soon." Lucas berkata sambil tersenyum lebar dan pamit. Kantornya berada di lantai lain di gedung itu.
***
(Germany)
Ada satu bingkisan di kotak surat, tertera namaku.
Oh, satu CD Queen dan selembar surat.