Mohon tunggu...
Hennie Triana Oberst
Hennie Triana Oberst Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling dan budaya

Kompasianer Jerman || Best in Citizen Journalism Kompasiana Awards 2023

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menyeberang Jalan di Jerman Beda dengan di Indonesia

12 Maret 2020   17:04 Diperbarui: 13 Maret 2020   00:51 745
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi: bertelsmann-stiftung.de

Ini sebetulnya catatan mengenai gegar budaya pertama ketika menginjakkan kaki di negara Jerman. Sudah bertahun-tahun silam. Saat saya mengunjungi kakak kandung yang baru menyelesaikan studinya dan memulai hidup barunya di negara ini. Negara yang tidak pernah masuk dalam mimpi saya untuk menjadi tempat tinggal saya sekarang.

Sore itu kami jalan-jalan berdua menikmati kota. Di kota tempat lahirnya  Albert Einstein, seorang Fisikawan yang terkenal dengan teori Relativitasnya.

Tanpa saya sadari bahwa sebelumnya kami selalu menyeberangi jalan di tempat yang ada lampu lalulintas untuk penyeberang jalan.

Tersendat saat pertama menyeberang jalan di zebracross  tanpa lampu penyebrangan. Kakak saya tiba-tiba sudah berada di seberang jalan. Karena saya berjalan sambil menikmati keindahan kota dan bangunanya. Seperti berada di negeri dongeng yang ada di majalah Bobo.

Akibatnya saya tertinggal, berdiri di trotoar menunggu mobil yang sudah berhenti otomatis sebelum melewati garis.

Kakak saya dari seberang menoleh dan memberi tanda untuk menyeberang.

Pengemudi mobil senyum-senyum sambil mempersilakan saya untuk menyeberang jalan. Mereka pasti tahu kalau saya baru pertama berada di negara mereka. Aduh, malu juga rasanya saat itu. Cuma bisa ikutan senyum-senyum.

Kakak saya mengatakan, kalau ada zebra cross kendaraan akan berhenti sendiri tanpa kita perlu minta jalan. Hak pejalan kaki yang didahulukan untuk menyeberang.

Lain lagi jika ada lampu penyeberangan, maka lampu tersebut harus kita tekan agar lampu merah menyala untuk pengguna kendaraan.

Itu pengalaman pertama saya menyeberang jalan di negara maju. 

***

Lain lagi cerita teman saya dari Turki, si lucu Murat. Dia memang lucu, di kelas suasananya kurang seru jika dia tidak hadir.

Murat menceritakan pengalamannya di dalam kelas. Selama belajar bahasa Jerman, kami wajib berbicara di kelas, tema apa saja. Melatih agar kita terbiasa aktif menggunakan bahasa.

Murat menyeberang jalan ketika lampu masih merah untuk penyeberang jalan. Dia tidak sadar ada Pak Polisi yang berdiri di seberang jalan dan memperlihatkannya.

Polisi tersebut bertanya, apa dia mengerti lampu penyeberangan itu untuk apa? 

Murat diminta kembali ke seberang jalan setelah lampu hijau. Menunggu di seberang lagi hingga lampu kembali hijau, dan mengulangi menyeberang jalan di mana Polisi menanti.

"Aku diliatin dan diketawain orang," Murat bercerita.

"Lantas, kamu bayar denda tidak?"

Kami bertanya hampir bersamaan.

"Nggak, Polisinya baik. Tapi aku malu diketawain orang."

Sambil tertawa Murat menjawab.

Denda menyeberang jalan ketika lampu merah memang tidak banyak, hanya 5 Euro. Tapi kecelakaan yang mungkin ditimbulkan akan menjadikan denda itu bertambah.

Apapun memang harus ada aturannya agar segalanya berjalan rapi dan teratur.

-------
HennieTriana Oberst
DE 12032020

"Gegar Budaya"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun