Mohon tunggu...
Hennie Triana Oberst
Hennie Triana Oberst Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling dan budaya

Kompasianer Jerman || Best in Citizen Journalism Kompasiana Awards 2023

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Begini Pendidikan Seks yang Diajarkan Sejak Dini di Sekolah Jerman

24 Februari 2020   19:20 Diperbarui: 25 Februari 2020   14:59 4656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Getty Images/welt.de

"Dulu aku di dalam perut Mama ya?"

Itu pertanyaan anak saya ketika ia masih di Kindergarten.

"Iya, tapi dulu di perut mama kamu masih kecil," jawab saya.

"Terus dari mana aku keluarnya?" dia bertanya lagi.

Lalu saya terangkan bahwa seorang ibu melahirkan bayi bisa melalui vagina, tetapi bisa juga bayi lahir dengan operasi caesar dengan sayatan di bagian perut jika memang itu harus dilakukan.

"Sakit enggak, Ma?" putri saya penasaran dan bertanya lagi.

"Seperti sakit perut ketika mau ke toilet aja," jawaban saya membuatnya tertawa.

Untuk masalah sakit ini saya memang sengaja menjawab seperti itu, bukan karena ingin berbohong, tetapi rasa sakit itu relatif dan saya tidak mau bayangan rasa sakit yang amat sangat melekat di pikiran dia.

Saya memang dari awal tidak ingin mengarang cerita yang aneh-aneh tentang kelahiran anak. Seperti yang pernah saya dengar dari seorang teman saya, ketika anaknya bertanya dia keluar dari mana, teman saya menjawab anaknya keluar dari mulutnya.

Tak lama berselang anaknya melihat seekor kucing yang melahirkan. Kemudian anak teman saya itu mengatakan bahwa mamanya bohong dengan kelahirannya yang keluar dari mulut. Begitu pernah teman saya bercerita.

Sebenarnya anak-anak di Jerman sejak usia dini telah diajarkan di rumah, juga di Kindergarten untuk tidak diizinkan siapapun menyentuh bagian tubuh mereka. Jangan berbicara berbicara dengan orang yang tidak dikenal. Hal ini untuk menghindari dan melindungi mereka dari tindakan pelecehan seksual. 

Ketika anak saya memasuki kelas 4 Sekolah Dasar pada pertemuan guru dan orangtua di awal tahun ajaran, seperti biasa dibahas tema apa saja yang akan diberikan pada tahun ajaran tersebut.

Guru kelasnya mengatakan bahwa salah satunya adalah pendidikan seks. Tema ini yang dibahas lebih dalam, termasuk gurunya mengirimkan email ke orangtua materi apa saja yang akan diberikan dan kapan waktunya.

Di kelas 4 ini mereka diajarkan untuk mengenali bahwa organ tubuh laki-laki dan perempuan itu berbeda. Juga pertumbuhan tubuh perempuan dan laki-laki dan masa puber mereka. Menjaga kebersihannya ketika mandi dan juga ketika berada di tempat umum seperti kolam renang.

"Kami tadi menonton video di sekolah. Aku sudah tau gimana ada bayi. Terjadi kalau perempuan dan laki-laki bercinta, ya kan Ma?" begitu anak saya bercerita suatu hari sepulang sekolah.

Lantas saya tanya video apa yang mereka tonton. Putri saya bercerita ada satu keluarga, suami istri dengan seorang anak. Kemudian Ibu dan Ayahnya memasuki kamar. Pintu tertutup. Tayangan kemudian di rumah sakit, ibunya menggendong bayi kedua yang baru lahir.

Hanya sebatas itu saja. Saya tahu bahwa pemikiran anak seumur anak saya di kelas 4 SD itu tidak serumit orang dewasa. Penjelasan seperti itu sudah cukup bagi mereka.

Kami berdua, suami dan saya, selalu membahas dan menjawab pertanyaan putri kami dengan terus terang dan menggunakan kata-kata yang sesuai usianya dan gampang dimengerti. Tak perlu ada yang ditutupi, karena suatu saat anak kami akan berhadapan dengan dunia nyata dan mengetahui semuanya pada masanya.

Di Sekolah Menengah seperti yang dijalani putri saya sekarang ini, pembahasan semakin mendalam, terutama di mata pelajaran Biologi. Kami, orangtua murid setiap tahun mendapat undangan dari sekolah untuk menghadiri seminar dan mendapatkan informasi tentang ini. Kerja sama dari pihak sekolah dan orangtua memang sangat diperlukan agar bisa saling mendukung.

Pendidikan ini diberikan di sekolah karena mencegah kemungkinan informasi yang didapatkan anak-anak, misalnya dari sesama teman, bisa saja salah dan membingungkan mereka.

Pengetahuan yang diberikan di sekolah ini murni hanya sebatas pengetahuan mengenai perkembangan biologis tubuh, tidak dihubung-hubungkan dengan moral atau agama. 

Tujuannya agak anak-anak betul-betul mengenali tubuh mereka, mengetahui perkembangannya tanpa merasa malu dan menjadikan mereka bangga dan menjaga tubuh mereka sendiri. Mereka akan mengetahui dan menerima bahwa setiap manusia itu memiliki keistimewaan dan mereka lebih percaya diri. Juga untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan.

Hanya mereka yang berhak atas tubuh mereka sendiri, tidak boleh ada tekanan atau ancaman dari pihak manapun.

-------

HennieTriana Oberst
DE 24022020
Referensi: sueddeutsche.de

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun