Kemarin kau ulangi lagi, mengenang-ngenang kisah kasih kitaÂ
Padahal aku sudah tidak ingin menghadirkannya di helaan nafaskuÂ
Cerita kita itu terlalu mengiris perasaanku juga perasaanmuÂ
Buktinya, kau akhirnya meneteskan airmata, tak lagi mampu berkata-kataÂ
"Laki-laki boleh menangis, karena kalian juga punya hati dan emosi"
Aku ingin bongkahan duka dan luka itu tersimpan dalam dan rapat di dasar jiwa
Biar tak usah lagi memberati langkah kita. Karena hanya meninggalkan jejak yang dalam,Â
di permukaan bumi.Â
Tapi kenapa kau ungkit-ungkit lagi cerita usang itu.
Lama kemarin, pandangan kita saling bertaut, saat sapamu mengejutkanku.
Senyummu menghangatkan dinginnya Den Haag.Â
Lalu kita kaitkan helai-helai senyum kita menjadi kumparan janji
Tapi perjalanan panjangku menyeberangi dua benua itu adalah kado perpisahan kita
Sebelas musim cerita yang kita kumpulkan telah luruh.
Aku pun tak mengerti kenapa kita biarkan lembarannya melayang satu demi satu.
Biar kita tutup saja album kenangan manis kita
Tak perlu kau ungkap rindumu itu
Karena aku pun sangat tau bahwa kau mencintaiku.Â
Kita adalah rembulan dan mentari, yang tak kan bisa berdampinganÂ
Hidup kita terpisah jarak, arah dan waktu.Â
Kita tak kan bisa saling meraih
.-------
Hennie Triana Oberst - Deutschland 21.01.2020 - untuk jsrb
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H