Mohon tunggu...
Hennie Triana Oberst
Hennie Triana Oberst Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling dan budaya

Kompasianer Jerman || Best in Citizen Journalism Kompasiana Awards 2023

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mengapa Tidak Ada Kue Keranjang Imlek di Cina

24 Januari 2020   13:03 Diperbarui: 7 Januari 2021   04:11 3938
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi - whattocooktoday.com

Di kota Medan etnis masyarakatnya sangat beragam, salah satunya warga peranakan Tionghoa. Kalau kata seorang teman saya yang dari Semarang, di Medan itu masyarakatnya mirip di Semarang juga. Saya tidak tahu karena belum pernah ke Semarang.

Ayah saya dulu punya banyak teman orang peranakan, mereka sering saling mengunjungi. Jika Idul Fitri mereka datang ke rumah, gantian saat Imlek kami sekeluarga yang mengunjungi. Tak ketinggalan kami selalu mendapat kiriman Kue Bakul.

Kue Bakul, begitu kami di Medan menyebut Kue Keranjang. Dodol manis khas Imlek, yang terbuat dari tepung ketan dan gula merah.

Ketika kami pindah sementara ke Beijing dan bisa mengalami perayaan Imlek di negeri asalnya adalah hal yang sangat saya tunggu-tunggu. Kapan lagi menyaksikan budaya menyambut Tahun Baru Lunar di negeri itu sendiri.

Suasana menyambut Imlek ini betul-betul meriah, miriplah dengan suasana menyambut Idul Fitri di Indonesia. Pasar tradisional dan mall juga ramai sekali pengunjungnya. Ini juga adalah masanya orang-orang pulang ke kampung halaman mereka, berkumpul dengan keluarga. Persis budaya mudik di Indonesia.

Kembali ke Kue Bakul atau Kue Keranjang atau sebutannya di sini Nian Gao.

Saya masih mencari keberadaannya. Nian Gao ini bagi saya identik dengan Imlek dan mengingatkan kenangan indah masa kecil dulu.

Maka ketika ada bazar di samping gedung apartemen tempat kami tinggal, saya pun mengunjunginya. Ramai sekali orang berbelanja, dan saya perhatikan banyak yang menenteng kotak merah berpita. Saya perhatikan satu persatu lapak yang ada di sana, tak ada satupun yang menjual Kue Keranjang. Ingin sekali bertanya, tapi saya tidak bisa bahasa mereka. Serasa buta huruf.

Tidak juga terjawab keberadaan kue ini. Bertanyalah saya kepada seorang teman chinese yang tinggal di gedung yang sama. Kami sering pergi bersama, karena memiliki anak yang seusia. Saya katakan apa dia tau di mana bisa mencicipi Nian Gao.

"Oh kamu mau coba nian gao?", begitu ia bertanya.

Saya mengiyakan.

"Okay, kita bisa pergi bersama", begitu lanjutnya.

Kami pergi ke restoran yang letaknya di seberang gedung apartemen, bersama dua orang wanita chinese lainnya. Ketika pesanan datang saya pun kecewa.

Nian gao di sini bentuknya berbeda. Warnanya putih, persis seperti lontong yang dibuat lonjong dan diiris pipih. Dimasak dengan mie dan sayuran. Itulah khas nian gao di Beijing dan rasanya tentu saja tidak manis seperti dodol yang ada di Indonesia.

Ternyata makanan yang identik dengan imlek di Beijing adalah Dumpling (Jiaozi). Dimakan dengan saus cuka hitam. 

Belakangan, setelah beberapa tahun kemudian, ketika bermukim di Shanghai dan saya memiliki seorang teman asal Fujian, dia mengatakan bahwa kue keranjang seperti yang saya kenal itu juga disajikan pada saat Imlek di daerahnya.

Benar juga, etnis peranakan di Indonesia itu salah satu leluhurnya berasal dari daerah Fujian.

Tak heran kenapa tidak ada kue keranjang di Beijing.

Tahun 2020 adalah Tahun Tikus

Selamat Tahun Baru Imlek
Happy Chinese New Year
Xīnnián kuàilè

-------

HennieTriana Oberst
Deutschland 24.01.2020
"Between Two Continents"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun