Mohon tunggu...
Hennie Triana Oberst
Hennie Triana Oberst Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling dan budaya

Kompasianer Jerman || Best in Citizen Journalism Kompasiana Awards 2023

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tidak Ada Home Schooling di Jerman

16 Desember 2019   07:02 Diperbarui: 16 Desember 2019   07:14 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. shutterstock.com

Beberapa waktu lalu saya menerima pesan dari seorang teman lama, sebut saja namanya Vera.

"Aku tertarik sekali dengan home schooling dan ingin menerapkannya pada anak-anakku. Bagi dong informasi tentang gimana home schooling di Jerman".

Itu salah satu baris kalimat yang ia tulis. Vera memang dari dulu punya ketertarikan terhadap dunia mengajar. Ketika kuliah dulu dia juga menyambi memberi les untuk anak-anak sekolah. Sejak berumah tangga dia ingin fokus untuk anak-anaknya saja. Mungkin nantinya dia akan mendirikan tempat les yang lebih nyaman untuk anak-anak lain. Vera tetap setia dengan cita-cita dan keinginannya.

Wajib belajar, atau jika diterjemahkan langsung istilah di Jerman adalah "Schulpflicht = wajib sekolah", dimulai di Sekolah Dasar pada usia 6 tahun hingga anak berusia 18 tahun. Sekolah itu berarti pergi belajar ke ruang kelas bersama anak-anak lainnya di sekolah. Di sini semua anak dari beragam latar belakang akan belajar bersama, tidak ada perbedaan golongan miskin atau kaya. 

Ada juga beberapa orang tua yang berpendapat bahwa anak-anak  mendapat tekanan jika pergi ke sekolah. Rutinitas sekolah dengan beban mata pelajaran yang banyak, pekerjaan rumah dan persaingan antar murid di sekolah. 

Orang tua seperti mereka ini yang menginginkan keeksklusifan untuk memberikan pendidikan terhadap anak mereka, dengan homeschooling.

Tetapi perjalanan untuk mendapatkan izin melakukan hal ini akan panjang dan kemungkinan mendapatkannya sangat kecil. Karena ini adalah bentuk pelanggaran wajib belajar yang merupakan salah satu dari peraturan negara. 

Sudah pasti pengecualian itu ada, jika anak yang sakit berat terus menerus dan memang tidak memungkinkan dia meninggalkan rumah atau rumah sakit.

Contoh lainnya adalah keluarga yang hidupnya berpindah-pindah karena profesi mereka, seperti keluarga sirkus. Mereka akan mendapatkan izin tertulis dari keputusan pengadilan, bukan sekedar izin biasa yang dikeluarkan pihak sekolah.

Seandainya pun di Jerman homeschooling ini boleh diterapkan dan bebas dipilih oleh masing-masing orang tua, saya pribadi lebih memilih mengantarkan anak saya belajar di lembaga resmi sekolah. Membiarkannya belajar bersama dengan anak-anak lainnya, bersosialisasi dengan dunia di luar rumahnya. Di sini anak-anak akan belajar toleransi dan menghargai orang lain.  

Mereka akan bermain, belajar, mungkin berseteru tetapi juga akan tertawa bersama-sama.

Anak-anak akan belajar mencari jalan bagaimana menyelesaikan masalah yang mereka hadapi.

Kewajiban bersekolah ini sangat ketat diberlakukan. Orang tua harus memperhatikan anaknya jangan sampai bolos sekolah tanpa pemberitahuan tertulis. Jika terus menerus berlangsung, bisa saja tiba-tiba ada polisi yang datang ke rumah, menjemput  anak tersebut dan mengantarkannya ke sekolah. Pelanggaran ini tentu ada konsekwensinya bagi anak tersebut dan orang tuanya.

.

-------

HennieTriana Oberst

Germany, 16 Desember 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun