Ada seorang teman baik saya, sebut saja Eva, yang sejak usianya 5 tahun telah meninggalkan negara kelahirannya dan pindah ke negara lain yang sangat beda kultur dan bahasanya.Â
Mereka pindah karena pekerjaan ayahnya, sementara ibunya telah tiada. Dia katakan bahwa dia masih mengerti bahasa ibunya, bahasa asal negaranya walaupun telah puluhan tahun tidak kembali ke negara asalnya.Â
Suatu hari, secara tidak sengaja saya bertemu orang Indonesia ketika sedang berbelanja di satu toko di sini. Perkenalan ini berlanjut hingga kami menjadi teman.Â
Ia mengatakan bahwa dia memiliki kenalan yang asalnya juga dari Indonesia, tetapi sudah lebih dari 30 tahun meninggalkan Indonesia, sehingga ia tidak bisa lagi berbahasa Indonesia.
"Umur berapa dia?", tanya saya penasaran.
Menurut teman saya, ibu itu berusia di atas 60 tahun.
Lalu terlintas dalam pikiran sendiri, apa mungkin orang yang telah dewasa meninggalkan negerinya dan puluhan tahun kemudian bisa lupa bahasa ibu?
Bahasa ibu, dalam bahasa latin disebut "Lingua materna"; yaitu bahasa pertama yang didengar, dimengerti dan digunakan oleh seorang anak sehari-hari dari lingkungan terdekatnya tanpa perlu mempelajarinya.
Memang jika kita mempelajari bahasa baru (menurut pengalaman pribadi) akan sedikit berpengaruh terhadap bahasa yang biasanya lancar kita gunakan.Â
Saat saya mulai belajar bahasa Jerman, tanpa disadari kemampuan bahasa Inggris saya melemah. Sering saya lupa kata-kata yang biasa digunakan sebelumnya. Lebih kacau lagi ketika saya mempelajari bahasa Mandarin.Â
Tapi pengaruh ini hanya terlihat jelas terhadap bahasa kedua, ketiga, tidak berlaku terhadap bahasa ibu.