Mohon tunggu...
Hennie Triana Oberst
Hennie Triana Oberst Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling dan budaya

Kompasianer Jerman || Best in Citizen Journalism Kompasiana Awards 2023

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Menumpang Salat di Zentralmoschee, Masjid Sentral Cologne Jerman

29 November 2019   06:03 Diperbarui: 30 November 2019   03:37 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dikunjungi saudara kandung dari tanah air selalu membawa kebahagiaan tersendiri. Sebelum mereka tiba pun jadwal jalan-jalan telah tertulis panjang. Terealisasi atau tidaknya itu tergantung waktu dan kondisi badan juga.

Kali kedua salah satu adik saya dan keluarganya mengunjungi kami di Jerman. Beberapa tahun lalu mereka datang di musim dingin, beruntung sekali waktu itu salju yang turun lumayan banyak, menjadi pengalaman mereka yang pertama melihat dan bermain seluncuran di tengah salju.

Musim panas tahun lalu  di bulan Juni 2018 mereka datang kembali. Dipilih musim yang sama seperti di Indonesia karena menyesuaikan dengan libur sekolah di Indonesia. Saya memang menyarankan untuk liburan yang agak panjang, paling tidak selama 3 minggu, supaya jalan-jalannya relatif puas.

Kota-kota besar yang lumayan dikenal sudah masuk daftar, salah satunya, kota Köln (Cologne) yang berada di negara bagian Nordrhein-Westfalen. Cologne terkenal juga dengan parfum  4711,  Eau de Cologne (Water from Cologne).

Pintu masuk Masjid - dok. Hennie
Pintu masuk Masjid - dok. Hennie
Kami menumpang kereta api dari Stuttgart Hauptbahnhof, stasiun pusat kota Stuttgart (ibukota negara bagian tempat kami tinggal,  Baden-Wrttemberg). Perjalanan menuju Köln ditempuh sekitar 2 sampai 3 jam lamanya, tergantung jenis kereta api yang ditumpangi. 

Turun di Stasiun Kereta Pusat Köln (Köln Hauptbahnhof), langsung berjalan kaki menuju hotel. Jaraknya sangat dekat, hanya beberapa ratus meter saja setelah keluar dari stasiun. Sengaja kami pilih hotel yang dekat dengan stasiun besar untuk mempermudah aktivitas, selain itu suasananya pasti selalu ramai walaupun hari telah malam.

Hari ini kami putuskan untuk mengunjungi Zentralmoschee / Masjid Sentral kota Köln. Dari Hauptbahnhof lebih kurang 10-15 menit bisa tiba di Masjid ini dengan menaiki kereta regional ataupun Strassenbahn (Trem, kereta yang memiliki jalur khusus di jalan raya, biasanya hanya 1 atau 2 gerbong saja dan digerakkan dengan listrik melalui kabel yang tersambung di bagian atapnya).

Zentralmoschee Köln ini dibangun oleh komunitas Muslim Turki (DITIB). Peletakan batu pertama dilakukan pada akhir tahun 2009.

Saat kami tiba di sana disambut oleh seorang pria yang sangat ramah. Ia menyilakan kami memasuki ruangan ibadah jika ingin beribadah, jika tidak, juga tidak masalah, kami dibolehkan untuk memotret.

Di luar bangunan Masjid terdapat beberapa bangunan lain yang digunakan untuk kantor, ruang pameran dan gedung serba guna untuk kegiatan-kegiatan umum lainnya.  Begitu penjelasannya.

Masjid terlihat sepi, hanya beberapa orang yang hadir untuk melaksanakan shalat Zuhur. Kami pun menumpang beribadah sejenak. Ruang shalat wanita ada di bagian atas, yang dibangun seperti galeri, sedangkan ruangan di bawah khusus untuk pria. Begitu penjelasan seorang bapak yang sedang berada di dalam Masjid.

Laci-laci penyimpanan sepatu-dok. Hennie
Laci-laci penyimpanan sepatu-dok. Hennie
Setelah melewati pintu masuk terdapat rak penyimpanan sepatu bernomor yang rapi berjajar berwarna putih. Tiap rak ada pintu tanpa kunci yang dilengkapi lampu kecil berwarna hijau jika rak kosong dan berwarna merah jika terisi. Jadi gampang diketahui jika akan menitipkan sepatu. 

Masjid  ini resmi digunakan untuk umum pada tahun 2017, sedangkan peresmiannya baru dilaksanakan pada bulan September 2018 oleh Presiden Turki, Erdogan pada saat kunjungannya ke negara Jerman. 

Bangunan hasil rancangan Gottfried dan Paul Böhm, arsitek Jerman yang merupakan Ayah dan anak ini dibuat sangat modern dan harmonis, dari paduan beton, gelas dan kayu.

Kubahnya yang semi transparan memungkinkan sinar matahari menembus langsung menerangi ruangan yang dirancang terbuka tanpa sekat-sekat. Di langit-langit kubah tertulis nama-nama nabi besar yang berperan penting dalam sejarah agama Yahudi, Kristen dan Islam. Menurut informasi yang ada, Masjid ini mampu menampung 1200 orang.  

Dinding kubah dengan nama-nama nabi besar dan ruang ibadah wanita - dok. Hennie
Dinding kubah dengan nama-nama nabi besar dan ruang ibadah wanita - dok. Hennie
Bangunan kontemporer ini juga melambangkan keterbukaan pandangan dan pembauran antar budaya.

catatan; 

  1. Zentralmoschee

            Zentral = Pusat/Sentral

            Moschee = Masjid

  1. Hauptbahnhof berasal dari kata haupt dan Bahnhof.

            haupt = pusat/utama/kepala/top

            Bahnhof = stasiun kereta api

Referensi, zentralmoschee-koeln.de, qantara.de

-------

HennieTriana Oberst

Germany, 29 November 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun