Mohon tunggu...
Hennie Triana Oberst
Hennie Triana Oberst Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling dan budaya

Kompasianer Jerman || Best in Citizen Journalism Kompasiana Awards 2023

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Berhenti Merokok, Menaklukkan Diri Sendiri?

19 November 2019   00:03 Diperbarui: 19 November 2019   00:10 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa waktu lalu saya menonton acara di Televisi tentang pengalaman seorang lelaki yang ingin berhenti merokok. Ia mencoba beberapa cara, antara lain hipnotis, akupunktur dan mengikuti seminar. 

Bahkan dia pergi menemui seorang ahli pengobatan tradisional di daerah hutan Amazon di negara Amerika Latin sana. Ia harus meminum ramuan dari daun yang hanya terdapat di hutan sana, ramuan yang (menurutnya) tidak enak rasanya itu akan membuatnya tidak selera lagi untuk menghisap rokok. 

Saya  tidak tahu bagaimana sulitnya untuk berhenti dari kebiasaan ini, karena memang tak pernah terbiasa merokok. Dulu, sewaktu masih di Sekolah Lanjutan Atas  pernah saya mencoba merokok, tapi hanya sekali itu saja, setelah beberapa hisapan, saya tak merasakan sama sekali ada kenikmatan di sana. Setelah itu saya tak ingin mencobanya lagi.

Dari cerita suami dan beberapa teman yang berhasil  berhenti merokok, hal tersebut hanya bisa terjadi jika kita memang betul-betul tak ingin lagi menikmatinya. Hanya itu kata mereka, tidak perlu metode apapun.

Di negara empat musim seperti di Jerman ini, makin dipersempit ruang untuk merokok di tempat umum. Menurut beberapa orang yang saya kenal, mereka menjadi agak malas keluar ruangan untuk merokok di musim dingin. Di dalam ruangan tak ada lagi ruang untuk merokok, kecuali rumah masing-masing, itupun biasanya mereka merokok di luar, di teras atau balkon rumah.


Di ruang terbuka, contohnya peron stasiun kereta, tidak juga bisa sembarangan merokok, biasanya disediakan area khusus untuk merokok. Karena banyaknya batasan-batasan ini, sebahagian orang makin malas merokok dan akhirnya bisa berhenti dari kebiasaan ini.

Harga rokok di sini cukup tinggi. Menurut pengakuan kenalan saya, walaupun begitu tetap ia membelinya karena itu adalah kebutuhannya. 

"Semahal apapun barang itu jika masih merupakan suatu kebutuhan, maka orang-orang tetap akan berusaha membelinya", begitu ia berkata.

Oh iya, kembali ke lelaki yang melakukan eksperimen tadi.
Berhasilkah dia?
Tidak.


Dia tak berhasil berhenti merokok dengan semua metode yang telah dicobanya. Kalau pun berhenti hanya dalam hitungan hari, seperti metode dari ahli obat dari hutan Amazon sana. Menurutnya, mungkin saja ia bisa berhenti merokok dengan metode itu, tetapi dia harus cukup lama tinggal di sana. Lelah mencoba dan frustasi, katanya. 

Akhirnya, setelah mencoba cara-cara tersebut selama berbulan-bulan lamanya, ia mengambil kesimpulan bahwa berhenti merokok itu harus datang dari dirinya sendiri, dari dalam fikirannya. Dia tidak perlu cara apapun.

Lelaki itu membuktikan perkataannya. Perjumpaan beberapa bulan kemudian, tanpa menggunakan metode apapun ia bisa berhenti merokok dan akan konsisten dengan keputusannya itu. Berhenti untuk selamanya.

-------
Hennie Triana Oberst
Germany, 20191118

Referensi: rtl-living.de 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun