Mohon tunggu...
Hennie Triana Oberst
Hennie Triana Oberst Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling dan budaya

Kompasianer Jerman || Best in Citizen Journalism Kompasiana Awards 2023

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Nyolong di Jerman

13 Juni 2011   17:48 Diperbarui: 2 November 2020   22:36 1303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Greyerbaby/ pixabay.com

Pengalaman "nyolong" ini terjadi beberapa tahun yang lalu saat liburan pertamaku di Jerman. Tahun 1995 aku putuskan untuk mengunjungi kakakku yang baru saja menyelesaikan kuliahnya di sana, sekalian ingin melihat beberapa negara Eropa lain yang tidak terlalu jauh lokasinya dari Jerman. Permohonan cutiku dari kantor akhirnya disetujui juga, dengan sedikit merayu sang boss dengan alasan sekalian mengunjungi Om ku yang saat itu sedang bertugas di negara Jerman juga.

Kebetulan Om ku adalah salah satu teman baik boss-ku. Sesuai peraturan kantor memang mestinya cuti baru bisa diambil setelah setahun penuh bekerja, tetapi mungkin karena memang mantan boss-ku itu orang yang baik dan fleksibel, kadang dengan alasan yang masuk akal permohonan cuti kemungkinan bisa dikabulkan. Yang paling penting jangan memaksa untuk memohon persetujuan cuti pada periode-periode tertentu.

Singkat cerita setelah mendapatkan visa Schengen dari kedutaan Jerman, juga tambahan visa dari negara  Austria*, Italia* dan Swiss aku siap berangkat sesuai rencana. Tiba di Frankfurt dengan selamat, walaupun sempat tersesat ke stasiun kereta bawah tanah ketika mencari jalan keluar. Ini akibatnya kalau jalan sambil melamun dan tidak memperhatikan penunjuk arah. Padahal Bandara Frankfurt termasuk bandara yang tidak bertele-tele jalurnya.

Kakakku telah menungguku di antara para penjemput. Dengan jadwal liburan padat karena banyak negara yang akan kami kunjungi tetap saja aku dan kakakku punya waktu untuk belanja. Sekali waktu kami memasuki toko sepatu yang sedang Obral besar-besaran. Mendapatkan sepatu bagus dengan harga semiring itu di Indonesia sepertinya sangat sulit. Akhirnya aku mencari beberapa pasang sepatu untukku dan juga beberapa untuk oleh-oleh. Setelah kakakku selesai membayar di kassa, kami meninggalkan toko sepatu menuju satu Toko Asia yang ada di kota tersebut. 

Rencananya kami akan berbelanja bahan makanan untuk masakan Indonesia nanti malam. Ketika menaiki tangga menuju lantai di toko Asia tersebut berada, aku baru sadar bahwa di dalam dekapanku ada sepasang sepatu yang masih belum terbayar. Jantungku langsung berdetak lebih cepat, gemetar dan takut sekali kalau dianggap sengaja membawa sepasang sepatu itu tanpa membayar. 

"Haaaah...Ta, ini sepatu belum dibayar, gimana ini?" teriakku pada kakakku. 

Dia terkejut juga, tapi langsung dijawabnya, 

"Lho, mau balik ke sana lagi jauh. Sudah anggap saja rezeki", dia berkata sambil tertawa. 

Aku juga jadi ikut tertawa, tapi kecut, masih gemetaran dan deg-degan :) Dalam hati bergumam, "masih mending sepatu tersebut tidak dipasangi alarm yang berbunyi ketika melewati pintu, bisa-bisa dianggap beneran berniat nyolong". 

Akhirnya si sepatu memang aku bawa ketika kembali ke Indonesia dan menjadi milikku. Anggap saja itu hadiah liburan pertamaku dari negara Jerman. 

Nyolong = mencuri 

Catatan; * Austria dan Italia bergabung dengan Schengen pada tahun 1997.

Sedangkan Swiss baru bergabung pada akhir tahun 2008. (de.wikipedia.org)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun