Rencana liburan Paskah tahun ini sebetulnya hanya ingin kami habiskan di Shanghai dan sekitarnya saja, karena ada teman dari Jerman yang akan berkunjung. Tetapi karena satu dan lain hal rencana mereka tidak terlaksana. Maka kami putuskan untuk menghabiskan liburan di pulau Langkawi, Malaysia. Pulau yang termasuk salah satu tempat liburan yang disukai suami saya. Kunjungan saya ke pulau ini adalah yang keempat kalinya, sedangkan bagi suami saya sudah untuk yang kesekian kalinya. Ia sudah cukup lama mengenal dan menghabiskan waktu liburannya di sana.
Pulau Langkawi adalah pulau terbesar dari Gugusan Kepulauan Langkawi, merupakan negara bagian Kedah. Di seberang utara adalah negara Thailand, dan di seberang baratnya adalah pulau Sumatera-Indonesia.
Dari Shanghai kami menumpang pesawat Malaysia Airlines menuju Kuala Lumpur dengan waktu tempuh sekitar 5 jam, kemudian menuju ke Pulau Langkawi sekitar 1 jam. Pulau bebas bea cukai (duty-free) ini terlihat semakin ramai dan berkembang pariwisatanya. Dari kunjungan terakhir empat tahun yang lalu sangat terlihat perbedaannya. Pembangunan hotel, pusat belanja semakin banyak. Rumah Makan dengan cita rasa lokal dan Internasional tersebar di mana-mana, tak ketinggalan transportasi umum berupa taxi juga makin beragam.
Tidak ada pedagang asongan, tawaran pijat atau sejenisnya yang mengganggu saat bersantai di sekitar pantai.
Hotel tempat kami menginap berada di Pantai Tengah, jaraknya lebih kurang 10 km dari Bandar Udara Langkawi. Menumpang taxi biayanya RM 33,- Perhitungan biaya taxi dari Bandara ke tempat tujuan berdasarkan area, seperti yang berlaku di bandara lama Medan, Polonia dan Ngurah Rai - Bali (kalau tidak salah?). Sengaja kami pilih hotel di area Pantai Tengah ini karena letaknya tidak tepat di pusat keramaian, dan di sekitar hotel banyak terdapat rumah makan dengan berbagai cita rasa.
Hotel ini mengusung konsep “ramah lingkungan”, memanfaatkan air hujan, mengolah air limbah untuk kebutuhan tanaman dan taman tropis di resor ini, juga memanfaatkat energi surya. Pemisahan sampah, pemanfaatan barang bekas, salah satunya barang seperti ember, bak mandi, wastafel dijadikan pot tanaman hias.
Banyak terdapat pohon buah-buahan sebagai pohon peneduh. Saat ini sepertinya sedang mulai musim mangga. Hampir semua pohon mangga berbuah dengan lebatnya. Sempat juga kupungut dan nikmati beberapa buah mangga yang matang dan jatuh di tanah.
Kamar mandi dengan gaya semi-outdoor yang disediakan sangat pas dengan suhu udara yang panas di sana. Mengingatkanku akan kamar mandi para tetangga di sekitar rumah Nenek dan Kakek masa kecilku. Dulu sesekali aku ikut mandi juga di rumah tetangga yang memiliki anak sebayaku. Mandi dengan „basahan“ merupakan kenangan indah masa kecil dulu.
Selain bersantai di sekitar kolam renang dan pantai, sesekali kami berkendara menyusuri pulau Langkawi. Seharian sudah cukup untuk mengelilingi pulau yang luasnya 478 km² ini (de.wikipedia.org). Dibolehkan untuk mengemudikan kendaraan tanpa SIM Internasional di sini.
HTO
Shanghai, 20140506
Catatan; basahan= penutup badan yang dipakai ketika mandi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H