Dukacita karena Kasih
"Menangislah dengan orang yang menangis." (Rm 12:15b)
KASIH mengajari kita untuk menangis "dengan orang yang menangis"; "klaintōn"; "with those who weep". Siapa pun itu. Tanpa perbedaan. Tidak sekadar simpati tetapi empati.
Ikut merasakan kesedihan dan dukacita orang lain seolah diri sendiri yang mengalaminya. Mengecap rasa yang dirasakan oleh mereka yang menjerit kesakitan, meraung dalam dukacita. Pilu hati bersama derita orang lain.
Itulah KASIH. Kasih membuat kita menangis dengan korban yang terluka dan keluarganya. Kasih membuat kita menangis dengan keluarga yang ditinggal mati oleh semua yang telah menjadi korban.
Dan, kasih juga membuat kita menangis bersama keluarga pelaku bom bunuh diri yang tidak tahu apa-apa perihal segala rencana dan aksi anggota keluarganya. Mereka terpukul, mereka terluka hati, mereka berduka. Kasih hadir bagi mereka.
Gereja berduka bukan karena orang Kristen-nya adalah korban, bukan karena rumah ibadahnya dihancurkan. Gereja berduka karena kasih terhadap sesama manusia. Gereja berduka bagi semua yang berduka. Gereja menangis bagi semua yang menangis.
Itulah Salib Kristus. Karena Salib Kristuslah gereja mengerti apa arti KASIH. Kasih Allah yang peduli, yang mengerti akan penderitaan manusia. Mengecap derita manusia bahkan mengambil derita itu menjadi milik-Nya agar air mata kesedihan dan dukacita kelak berganti kebahagiaan yang kekal.
Penggenapan Firman Kristus
"Kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa SETIAP ORANG YANG MEMBUNUH KAMU AKAN MENYANGKA BAHWA IA BERBUAT BAKTI BAGI ALLAH. Mereka akan berbuat demikian, karena mereka tidak mengenal baik Bapa maupun Aku. Tetapi semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya apabila datang saatnya kamu ingat, bahwa Aku telah mengatakannya kepadamu." (Yoh 16:2-4a)
"Semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya apabila datang saatnya kamu ingat, bahwa Aku telah mengatakannya kepadamu." Jauh sebelum ini mulai terjadi, Ia sudah mengatakannya.
Dalam melaksanakan aksinya pribadi-pribadi itu mengklaim bahwa perbuatannya berdasar pada ajaran suatu agama. Di saat melakukannya atribut keagamaan melekat pada tubuh mereka serta seruan nama Allah yang sama diucapkan oleh seluruh penganut agama itu seakan memproklamirkan agamanya dalam perbuatannya.
Oleh karena itu, memang tidaklah mudah melepaskan perbuatan mereka dari agama yang mereka sebutkan. Namun, HATI-HATI. Tuhan Yesus tidak bicara AGAMA APA pada ayat itu.
Kata-kata Tuhan Yesus adalah "menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah". Dengan demikian, siapa pun dan agama apa pun itu, seseorang bisa melakukan pembunuhan terhadap orang Kristen atas nama Allah!
Entahlah, apakah nahas bagi agama Islam dipakai oleh mereka melegitimasi kejahatan kemanusiaan yang mereka lakukan dengan menggunakan ayat Kitab Suci agama Islam sebagai dasar perbuatannya, saya tidak tahu.
Sebab, yang saya tahu dan juga kita tahu bersama dan hal ini tidak boleh membutakan mata kita, bahwa tidak semua umat Muslim adalah teroris. Itu berarti ada penyesatan dan kesesatan pemahaman ajaran agama. Sama seperti kita di dalam Kekristenan juga ada saja yang keliru dalam memahami ajaran iman Kristen.
Kalau itu ajaran agama, maka sudah lama kita saling bunuh-membunuh. Faktanya, kita masih hidup berdampingan. Kita masih saling ada. Kita masih saling tolong-menolong satu dengan yang lain pun ada yang satu piring bersama! Fakta ini tidak boleh kita anggap tidak ada.
Hanya saja, mungkin tidak diketahui oleh para pelaku, bahwa dengan mendasarkan perbuatannya sebagai ajaran agama, maka itu justru menggenapi perkataan Yesus di dalam Alkitab: "setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah".
Walau itu pribadi/kelompok, bukan agama itu sendiri, tetapi tanpa disadari oleh para pelaku bom gereja dan segala aksi terorisme terhadap kekristenan dengan membawa-bawa agama di dalamnya, mereka justru membuktikan bahwa apa yang ditulis di dalam Alkitab adalah benar adanya.
Kita tidak pernah tahu itu benar hingga mereka membuktikan perkataan Yesus itu benar. Haleluya!
Tak hanya itu, adanya rasa kebencian dalam berbagai rupa dan cara, itu juga membuktikan perkaatan Yesus, bahwa kita akan dibenci karena nama-Nya (Mat 10:22; 24:9; Mrk 13:13; Luk 21:17). Semua itu menggenapi firman-Nya.
Salib Kristus adalah Kasih
Hari ini kita merayakan Jumat Agung. Suatu hari khusuk di mana kita mengingat lagi kematian Yesus di kayu salib, bahwa Yesus telah lebih dahulu menderita bagi kita.
Salib Kristus sesungguhnya adalah untuk semua umat manusia, tetapi tidak semua orang menerimanya. Namun, Tuhan Yesus tidak mengajari kita untuk membenci orang-orang yang menolak Dia dan membenci kita.
Sebaliknya, Ia berkata: "Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu." (Mat 5:44); "Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu." (Luk 6:27)
Bahkan, dari atas kayu salib Ia mengajari kita untuk mengampuni: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." (Luk 23:34).
Itulah yang harus dilakukan oleh seluruh umat Kristen di dunia terhadap semua orang yang membenci, yakni kasihilah, berdoalah, berbuatlah baik, dan ampunilah mereka, karena salib Kristus adalah KASIH.
SELAMAT HARI RAYA JUMAT AGUNG
Hē charis tou Kyriou hēmōn lēsou Christou meth' hymōn Amēn.
Salam. HEP.-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H