I went to prison, but never let my mind goes to prison.
Kamis, 21 April 1983 adalah hari terkelam bagi Archie Charles Williams. Ia divonis bersalah atas dakwaan pemerkosaan dan penikaman seorang wanita kulit putih berusia 30 tahun di rumah wanita itu di daerah Hundred Oaks di Baton Rouge, Louisiana, USA.Â
Tiga orang bersaksi bahwa pada saat peristiwa itu Williams sedang berada di rumahnya. Namun, kesaksian alibi itu tidak sanggup meluputkan Williams dari jeratan jeruji Louisiana State Penitentiary atau penjara Angola yang dikenal sebagai penjara paling kejam dan brutal di dunia.
Williams dijatuhi hukuman 80 tahun penjara dengan tanpa kemungkinan pembebasan bersyarat.Â
"Saya tidak percaya itu,"Â kata Williams, "Saya tahu saya tidak bersalah. Saya tidak melakukan kejahatan, tetapi sebagai anak kulit hitam yang malang, saya tidak memiliki kemampuan ekonomi untuk melawan negara bagian Louisiana."
Seiring waktu, Williams mengetahui tentang The Innocence Project, sebuah organisasi nonprofit yang didedikasikan untuk membebaskan terpidana secara keliru melalui pengujian Deoxyribo Nucleic Acid atau DNA.
Tahun 1995 Williams menulis surat kepada organisasi tersebut untuk kiranya mereka dapat memeriksa kembali kasusnya. The Innocence Project merespons itu. Akan tetapi, Williams masih harus menunggu pengesahan UU Louisiana tentang hak akses tes DNA bagi terpidana guna pembuktian tidak bersalah.
Butuh 13 tahun bagi Williams untuk menunggu. Tahun 2009 tes DNA Kit memberikan hasil bahwa DNA laki-laki yang ditemukan pada korban tidak cocok dengan Williams.
Berbagai kelengkapan pembuktian terus dikumpulkan. Kamis, 14 Maret 2019 hasil analisis sidik jari melengkapkan segala bukti yang ada bahwa Williams bukanlah pelaku pemerkosaan dan pembunuhan itu.
Seorang pria berpenyakit mental bernama Stephen Forbes terbukti adalah pemilik DNA laki-laki pada tubuh korban. Forbes sendiri telah meninggal di tahun 1996. Ia pernah ditangkap atas tuduhan rangkaian kasus pemerkosaan
Tujuh hari kemudian, 21 Maret 2019, Williams dibebaskan dari penjara setelah 37 tahun dipenjarakan dengan tanpa kesalahan apa pun. Williams dipenjarakan di usia 22 tahun. Ia menghirup udara kebebasannya di usia 59 tahun.
Di dalam penjara Williams sering menonton America's Got Talent (AGT). Williams membayangkan dirinya ada di atas panggung itu. Ketika itu Williams hanya berkhayal dan Yang Mahakuasa mewujudkannya.
Setahun setelah kebebasannya, Williams mengikuti audisi AGT 2020. Di situlah ia menceritakan kisah hidupnya ini. Williams berhasil menjadi finalis ke-5 dan kehadiran Williams mencatat sejarah penting bagi AGT.
Penggalan kalimat kesaksian Williams kemudian menjadi quote populer, yakni "I went to prison, but never let my mind goes to prison". Saya masuk penjara, tetapi saya tidak membiarkan pikiran saya masuk penjara.
Tubuh Williams dipenjarakan, tetapi ia tidak membiarkan pikirannya ikut terpenjara. "Freedom is of the mind." kata Williams. Kemerdekaan itu ada di pikiran.Â
Salam. HEP.-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H