Story berjawab story (IG). Cuitan bersahut cuitan (Twitter). Status berbalas status (FB). Konten beradu konten (Youtube). Kolom komentar menjadi ring perdebatan tanpa wasit.
Tak hanya itu, media sosial juga dijadikan tempat berdoa. Tidak lagi masuk ke kamar dan berdoa, tetapi masuk ke FB dan berdoa di situ.
Media sosial perlahan-lahan menarik manusia dari dunia nyata di mana di situlah segala persoalan hidup sedang terjadi, di situlah perhatian itu dibutuhkan, dan di situlah kehidupan yang sesungguhnya sedang berlangsung.
Kurang lebih sejak lima tahun yang lalu media sosial tidak lagi menjadi part of my daily life seperti sebelumnya saat saya menjadikan FB bagian dari hidup saya di mana tiada hari tanpa FB.
Media sosial bukan lagi menjadi tempat tujuan, yakni selesai pelayanan menuju media sosial, selesai goreng ikan menuju media sosial, mau tidur menuju media sosial, bangun tidur menuju media sosial, mau makan menuju media sosial, dan sebagainya. Tidak lagi.
Saya bahkan sudah menutup akun FB saya yang berisi segala publikasi diri itu. Hingga ketika saya menulis di Kompasiana saya memerlukan FB untuk membagikan tulisan saya di sini ke sana. Isi tulisan itu yang hendak saya publikasikan, bukan diri saya.
Saya ingat, ada satu akun FB saya yang lain yang saya buat di tahun 2011 untuk menjadikannya akun khusus halaman FB agar tidak bercampur dengan akun pribadi. Akun itu belum saya tutup. Hanya dinonaktifkan. Kata sandinya lupa. Untung saja saya masih ingat poselnya [email].
Saya mengaktifkan kembali FB itu dan membagikan tulisan saya di sini ke sana. Sesekali saya berbagi postingan lain. Sekadar saja. Sementara di akun Youtube saya menyimpan beberapa video Smule saya di situ.
Itu jadi pelipur rindu bagi sanak keluarga saya karena saya jauh dari mereka dan kiranya dapat menjadi kenangan akan saya bila kelak saya tidak ada lagi di dunia ini.
Kemarin saya membuka FB dari laptop, saya menyempatkan memeriksa inbox yang masuk. Beberapa di antara mereka saya berikan nomor WA saya dan menyampaikan jika hendak mengirim pesan ke WA saja sebab bila via inbox saya tidak dapat selalu membukanya.Â
Karena tak punya Messenger, inbox hanya dapat saya lihat bila membuka FB dari laptop atau menggunakan browser. Sementara, artikel di sini bisa langsung dibagikan ke FB.Â