Mohon tunggu...
Hennie Engglina
Hennie Engglina Mohon Tunggu... Freelancer - Pelajar Hidup

HEP

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Siapakah yang Terbesar di Antara Kita?

2 Oktober 2019   19:43 Diperbarui: 4 Oktober 2019   07:02 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu ketika guru saya mendapat pertanyaan dari salah seorang muridnya tentang siapa yang terbesar di antara murid-muridnya. Jawabannya mengejutkan, tidak populer, bahkan bisa tidak diminati sama sekali, sebab ia menjawab, "Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya."

Awalnya kami tidak mengerti, tetapi dari pengajaran demi pengajaran yang ia berikan, perkataan guru saya itu mendapat pengertiannya, bahwa orang yang besar adalah orang yang rendah hati.

Jalan hidup manusia berbeda-beda. Tidak semua manusia akan menjadi "orang besar" di mata dunia. Akan selalu ada "orang kecil", karena akan selalu pula ada manusia yang mengecilkan sesamanya manusia menurut standar penilaian dunia.

senandika 31 | dokpri
senandika 31 | dokpri
Akan tetapi, puji syukur kepada Tuhan Yang Mahaesa, sebab penilaian "besar" di mata-Nya bukanlah berdasarkan penilaian "besar" oleh dunia.

Pada kesempatan lain, guru saya menyampaikan perumpaan tentang orang kaya yang begitu dimuliakan di dunia karena kekayaannya. Pada saat orang kaya itu mati, ia terkejut melihat seorang miskin, yang ketika di dunia sering duduk meminta-minta, saat itu tampak berada di pangkuan Abraham, sementara ia berada di dalam api.

Ternyata, bukan kekayaan yang membuat orang kaya di dunia itu ada di situ, tetapi karena hatinya telah menjadi sombong; angkuh; tinggi hati karena kekayaannya. Kepalanya telah lebih tinggi dari topinya.- Ketika Kepala Lebih Tinggi dari Topi

Perumpamaan itu mengajarkan, bahwa apa yang terlihat besar di dunia belum tentu besar di dalam kemuliaan-Nya. Saya pun teringat pesan Nabi Samuel: "Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati."

Kelebihan yang dimiliki oleh manusia kerap membuat kepala manusia lebih tinggi dari topinya; merendahkan orang lain, mengecilkan, meremehkan, menganggap enteng, menganggap tidak penting, dan sebagainya.

Batas pemujaan manusia hanya sampai di liang lahad dan kenangan dalam sejarah dunia, tapi setelah itu adalah bagaimana Tuhan menilai kita.- Mengenal Lebih Jauh Apa Itu Rendah Hati

Marilah kita tetap sabar menjalani kenyataan hidup kita dengan tidak menyerah, tetapi terus berusaha dan berjuang meraih yang lebih baik lagi dengan juga berupaya memiliki kerendahan hati.

Jadi, siapakah yang terbesar di antara kita? Wallahu a'lam.

Salam. HEP.-

Artikel Senandika lainnya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun