Rambut tersemat emas, kaki berkilau berlian, tapi  tak cukup. Mulut pun ingin disumpal dengan uang. Rakus. Bahkan jika rakyat jadi uang, jenazah rakyat pun dihabisi!
Uang membuat manusia bersyukur, tapi uang juga membuat manusia tidak tahu bersyukur. Peluru setan ini sanggup membuat manusia tidak takut lagi akan Tuhan.
Sampai akhirnya memikul uang ke ujung dunia, ingin sembuh. Pulang terpikul dalam keranda. Tak dapat dihidupkan dengan uang.
2. WanitaÂ
"Ada kala pria tak berdaya. Tekuk lutut di sudut kerling wanita." [penggalan syair lagu "Sabda Alam", ciptaan Ebed Kadarusman]
Menjelajah pesona gemerlap malam. Mengembara dari bilik temaram ke ruang ber-angka. Mengecap kenikmatan ragawi. Lupa atau mungkin di situ tak ada Tuhan. Tak penting.
Tak bersyukur atas apa yang diberikan Tuhan, yakni perempuan tabah yang tak berhenti sabar menanti pulangnya. Tak cukup indah, tak cukup luar biasa. Gaji tak utuh. Bonus tak sampai. Terbuang di jalan rute resto, shopping, hotel, dan tips.
Gawai ber-gembok sidik jari. Berlapis kata sandi berganti. Silent adalah aman. Wanita tampil nama Pria. Tidur dikeloni. Mandi ditemani. Duduk disakukan. Gawai lain di rumah, lain pula di kantor.
Alkisah, seorang Bapak tiba-tiba mengalami kebutaan pada matanya. Dalam tidurnya ia bertemu seorang lelaki tua. Ia bertanya, "Sudah berapa lama engkau tidak dapat melihat lagi?". "3 tahun", jawabnya. Lelaki tua itu diam sejenak, lalu berkata: "Hmm ... masih 12 tahun lagi".
"15 tahun perempuan yang diberikan Tuhan kepadamu terus menangis tanpa kau tahu tapi kau tak peduli akan derita hatinya. 15 tahun engkau menikmati duniamu dan wanitamu. 15 tahun air mata itu tak kunjung kau keringkan. Tapi ia tetap tabah".
"Air mata itulah yang menutup matamu. Kau harus sabar menunggu 12 tahun lagi untuk melihat, seperti ia sabar menantimu hingga kau pulang dengan sakitmu".