Pengakuan seperti yang dilakukan RS bukan hal mudah. Mengaku dosa di hadapan orang banyak apalagi disorot media publikasi adalah menyambut resiko lebih berat dari pengakuan itu sendiri.
Penulis berharap kita masih bisa melihat sisi ini dari tumpukan pandangan negatif terhadap Beliau dan segala kemampuan analisis politik kita terhadap perkara ini. Mari juga memandang pengakuan RS tetaplah harus dihargai sebagai hal yang positif.
Meski tampak kuat, Beliau telah lanjut usia. Kreatifitas RS menciptakan aneka hoaks sudah menjadi catatan sejarah negara ini yang tak terhapuskan lagi. Mungkin inilah waktunya Beliau berhenti dari semua itu.
Terkadang, tanpa sadar, kita menghabiskan banyak waktu demi orang lain akhirnya kehilangan kesempatan bagi diri kita sendiri. Terkadang kita begitu berjuang bagi kemenangan orang lain dengan cara-cara yang justru membuat kita kehilangan kemenangan diri sendiri di hadapan-Nya.
Semangat yang tinggi untuk mendukung pilihan pribadi kiranya tidak melupakan bahwa kita akan bertanggung jawab kepada-Nya sebagai diri kita sendiri, bukan sebagai pendukung siapa. Jagalah hati agar kritikan tidak berakar dari rasa benci.Â
Puji syukur RS masih diberi kesempatan memperbaiki hari-hari hidupnya ke depan. Bukan hanya RS, kita semua sedang beroleh kesempatan untuk memperbaiki "Ini salah saya".Â
Termasuk kesempatan bagi para suami untuk memeriksa kondisi payudara isteri, juga para Ibu terhadap anak-anak gadisnya. Jangan menunggu penyesalan.
Salam. HEP.-