Mohon tunggu...
Hennie Engglina
Hennie Engglina Mohon Tunggu... Freelancer - Pelajar Hidup

HEP

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Kita Salah Menilai

20 Agustus 2018   09:53 Diperbarui: 27 Januari 2019   18:48 571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Contohnya, ketika kita bertemu mereka di jalan. Dasar pemikiran menjauh dari orang itu haruslah hanya karena menjaga diri saja, bukan berarti adalah benar orang itu jahat. Sepintas ini terlihat sama saja, tapi sesungguhnya berbeda.

Pikiran "Saya menjauh karena menjaga diri saya" itu sebabnya ada pada "saya", bukan pada orang itu. Bukan karena dia orang jahat, tapi "sayalah yang takut".  Jadi, sebabnya ada di "saya", bukan di dia.

Pikiran itu akan nampak dari pancaran sinar mata kita. Mata tidak bisa berdusta. Pikiran yang tidak menuduh akan terlihat di mata. Orang itu akan menangkap sinyal pikiran yang tidak mengklaim dirinya adalah penjahat dari pancaran sinar mata kita.

Dan juga, gerakan menjauh yang kita lakukan dengan pikiran "sebabnya di saya, yakni saya yang takut, bukan kamu yang jahat" akan berbeda dengan gerakan menjauh dari orang yang pikirannya sudah mengklaim bahwa orang itu jahat.

Gestur tubuh kita adalah sinyal pikiran kita. Pikiran yang tidak menghakimi orang itu akan menimbulkan gerakan yang terjaga; masih menjaga perasaan orang itu atau menjaga jangan sampai orang itu menganggap kita menuduh dia.

Akan berbeda bila kita bergerak menjauh dari orang itu dengan pikiran "Aduh, orang ini penjahat!" atau "Astaga, ada teroris!".

Kalau yang di atas memberi sebab pada "saya yang takut", di sini pikiran menaruh sebabnya pada orang itu: "Karena orang itu jahat, maka saya menghindar". Jadi, sebabnya di "dia", bukan di saya. Padahal klaim dia orang jahat itu adalah pikiran kita bukan fakta orang itu benar penjahat.

Mata kita akan memancarkan pikiran yang menuduh itu. Gerakan kita pun mengikuti tuduhan kita: jelas tidak terjaga, bahkan bisa tidak terkontrol, panik ketakutan seolah sudah benar dia orang jahat.

Bayangkan, bila orang itu tidak seperti tuduhan pikiran kita. Sorotan mata yang menuduh dan gerakan kepanikan kita pastilah akan menyayat hati orang itu, sebab ia bukan penjahat tapi disangka bahkan sudah dituduh penjahat dengan pikiran belaka.

Ketidakadilan kita menyamakan semua orang hanya karena ketakutan kita sendiri justru mendatangkan ketidakbenaran bagi diri kita sendiri. Kewaspadaan untuk keselamatan diri tidak harus membuat kita menggores hati orang lain,menjadikan kitalah yang justru "jahat" terhadap orang itu.

Sama seperti seseorang tidak mau memberi kepada pengemis karena menganggap pengemis itu penipu. Seolah-olah ia tidak memberi itu sebabnya ada di pengemis itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun