Mohon tunggu...
Hennie Engglina
Hennie Engglina Mohon Tunggu... Freelancer - Pelajar Hidup

HEP

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Gereja Harus Ikut Memerdekakan Jemaatnya dari Kemiskinan

18 Agustus 2018   19:29 Diperbarui: 27 Januari 2019   18:38 2029
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adalah menarik bahwa gedung gereja dapat dibangun dengan ratusan juta bahkan miliaran rupiah, tetapi masih banyak warga jemaatnya hidup di batas bahkan di bawah garis kemiskinan.

Jika berkat Tuhan sebanyak itu hanya untuk membangun bangunan mati, maka apalah artinya semua itu? Sebab, gedung itu akan hancur bersama dunia ini.

Andai saja berkat Tuhan sebanyak itu dikelola sedemikian rupa untuk membantu jemaat memperbaiki kehidupan ekonomi mereka, maka bukankan itu yang diinginkan Tuhan?

Bukankah pesan-Nya lewat nabi Yesaya: 

"Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk, supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri!" (Yesaya 58:6-7) ?

Dan, bukankah Yesus Kristus sendiri berkata:

"Ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. ... Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku." (Matius 25:35-36, 45) ?

Menara itu sudah hampir menyentuh langit, tetapi masih ada jemaat merayap mencium tanah demi bertahan hidup di tengah kesusahan. Untuk apa semua kemegahan dunia itu, sementara ada jiwa-jiwa yang terhimpit beban hidup?

Upaya perbaikan ekonomi dan pengentasan kemiskinan juga adalah tanggung jawab gereja bagi warganya. Gereja harus memerhatikan kehidupan ekonomi jemaatnya dan memikirkan bagaimana meningkatkan kesejahteraan jemaat. Gereja harus terus berpikir bagaimana membawa jemaatnya kepada kehidupan yang lebih layak. 

Bukan sebaliknya, hanya mengharapkan persembahan dari jemaat tapi tidak ikut memikirkan bagaimana mereka mendapatkan uang persembahan itu. Padahal sumber utama keuangan gereja adalah dari persembahan jemaat. 

Jika gereja hanya mau persembahan jemaat, menetapkan iuran ini itu, sampul syukur ini itu, tetapi gereja itu sendiri tidak peduli dengan kehidupan ekonomi jemaatnya, maka itu tidak beda seperti sapi-sapi di peternakan yang hanya terus diperah susunya tanpa peduli dengan makan dan minum serta segala yang terkait dengan hidup sapi-sapi itu.

Gereja harus berperan nyata ikut memerdekakan warganya dari segala beban hidup yang ditanggungnya seorang diri, terutama dari kemiskinan. Bukankah Rasul Paulus juga menasihatkan: "Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus." (Galatia 6:2)?

Jika ada keberatan dari jemaat untuk melakukan itu, pertanyaannya: mengapa jemaat mau bertolong-tolongan menanggung beban membangun GEDUNG MATI, tapi enggan membangun kehidupan sesamanya manusia apalagi itu adalah saudara seimannya?

Jika demikian, berarti ada yang belum beres di hati jemaat. Itu dulu harus dibereskan. Sebab bukankah jelas tertulis: 

"Sebab kamu dibebani bukanlah supaya orang-orang lain mendapat keringanan, tetapi supaya ada keseimbangan. Maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan." (2 Korintus 8:13-14)?

Bukan supaya orang lain mendapat keringanan, tetapi supaya ada keseimbangan. 

Pertanyaannya, sudah seimbangkah kesejahteraan hidup warga jemaat Anda?

Gedung gereja hanyalah bangunan tembok mati yang tidak dapat bersuara apa pun tentang siapa Yesus. Namun, jiwa-jiwa yang ada di dalamnya, merekalah yang bersaksi siapa Yesus itu.

Cukupkanlah segala upaya membangun gedung setinggi langit dengan segala kemewahan dunia. Utamakan sekarang melihat manusia-manusianya yang menjadi bagian dari tanggung jawab yang Tuhan percayakan kepada gereja masing-masing. Sebab, gereja bukan gedung, melainkan manusianya.

Biarlah gedungmu sederhana dan tampak miskin di mata dunia, tapi jemaatmu seimbang sejahtera. Maka, mereka akan memuliakan Tuhan dan menjadi saksi hidup betapa baiknya Tuhan itu!

Salam. HEP.-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun