Kaki tak memijak bumi, tangan tak menjamah langit. Apa yang harus kita urus, tidak kita urus. Apa yang tidak harus kita urus, kita urus.
Mungkin, karena bumi makin tua sehingga yang hidup di dalamnya pun makin pikun. Atau mungkin, bumi telah menjadi terlalu bodoh sebab yang diam di dalamnya telah menjadi terlalu pintar. Tidak jelas.
Yang harus ditangisi, tidak ditangisi. Yang tidak perlu ditangisi, ditangisi. Tidak perlu lagi menjadi astronot. Kaki tak lagi berpijak di bumi. Tak jelas di mana kaki berdiri.
Yang tidak patut ditertawakan, ditertawakan. Sementara ia tertawa, ia pun ditertawakan. Pikir tangannya telah menjamah langit, padahal ia hanya sedang dibuai angin. Tidak jelas. Saking tidak jelas, yang tidak jelas pun tidak jelas.
Seperti Anda membaca tulisan ini tidak jelas. Saya yang menulisnya saja tidak jelas, apalagi Anda yang membacanya.
Betapa tidak jelasnya jaman tidak jelas ini.
Jaman di mana, "Terkadang, manusia menangis untuk apa yang tidak perlu ditangisi dan tertawa untuk apa yang tidak patut ditertawakan."
Salam. HEP.-
Senandika:Â 1 |Â 3-8 | 9-15 | 16 | 17-21 | 22 | 23 |Â 24Â |Â 25 |Â 26-27 |Â 28
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H