Menurut penulis, dalam rangka memajukan generasi berikutnya, yang perlu ditekankan disini adalah “what to do next after fear”, dimana efek dari takut tersebut tidak perlu dibesar-besarkan, tapi justru dimitigasi secara terencana, apabila sesuatu yang menakutkan terjadi, misalnya ada buaya di perairan dangkal tempat kita sedang berenang, atau bagaimana bila ada orang dengan gangguan mental di sekitar kita, atau antisipasi di tempat-tempat sepi yang bisa saja ada penjahat (bukan hantu) yang dapat mencederai kita, bagaimana persiapan kita dalam menghadapi kejadian seperti itu.
Film merupakan sarana untuk membawa seseorang ke dalam suatu pengandaian. Jadi misalnya seorang anak tidak pernah melihat sesuatu yang menyeramkan seperti film Volcano yang mana dapat saja terjadi bila kita berada dekat dengan gunung berapi, atau film sharks yang menceritakan keganasan hiu pemangsa, maupun cerita penculikan yang dikemas cukup mendidik, bisa jadi insting si anak kurang terasah apabila dihadapkan pada peristiwa nyata di kehidupan sehari-hari.
Namun yang perlu diperhatikan lagi adalah sejauh mana alur maupun cerita film horror tersebut memberikan mitigasi (persiapan yang digutuhkan dalam menghadapi) maupun solusi terhadap rasa takut (horror) tersebut.
Ada baiknya Anda mengetahui terlebih dahulu kualitas dari suatu film horror sebelum mengijinkan anak anda untuk menontonnya, agar film tersebut dapat memberikan manfaat, bukan sekedar hiburan yang dapat saja menjerumuskan.
Demikian sekilas tentang dampak positif dan negatif dari menonton film horror pada anak, semoga bermanfaat…..
Salam.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI