nonton film horror? Haruskah dilarang, atau didampingi, atau bagaimana ya? Sebagai orangtua, tentu kita tidak ingin anak mendapat pengaruh buruk dari film. Namun, sebelum lebih jauh ke tindakan yang akan diambil, ada baiknya kita ketahui dulu jenis-jenis film horror serta definisi dari film horror itu sendiri.
nak Anda sukaFilm horror merupakan jenis (genre) film yang bertujuan menghadirkan rasa takut maupun rasa jijik bagi penontonnya untuk tujuan hiburan (menurut definisi dari wikipedia).
Dijelaskan pula bahwa asal usul film horror adalah dari cerita rakyat yang dapat berupa kisah legenda serta film horror juga disebutkan bermula dari cerita takhayul dari berbagai latar kebudayaan di dunia.
Film horror kemudian berkembang menjadi beberapa sub genre seperti cerita tentang legenda tempat misterius, cerita tentang setan maupun kerasukan setan, cerita tentang makhluk halus, cerita tentang monster, cerita gangguan mental, hingga ke cerita pembunuhan (thriller).
“Fear is the root of evil”, demikian kutipan dari nasihat master Yoda, dimana menjelaskan bahwa rasa takut itu adalah akar dari kejahatan. Misalnya, karena takut akan kelaparan maka seseorang memutuskan untuk mencuri.
Ketakutan yang berlebihan, inilah dampak negatif apabila anak tidak dapat mencerna suatu fim horror yang ia saksikan, sehingga anak menjadi tidak percaya diri, terlalu banyak pertimbangan, dan merasa inferior.
Namun di sisi lain, rasa takut itu sendiri adalah insting yang menyelamatkan manusia, seperti yang pernah dijelaskan dalam National Geographic Channels.
Dengan adanya insting rasa takut, maka manusia akan bereaksi lebih cepat (refleks) terhadap hal-hal yang dapat membahayakan dirinya, misalnya reaksi seseorang yag secara tiba-tiba berpapasan dengan ayam akan berbeda dengan apabila ia berpapasan dengan ular atau beruang.
Film akan menjadi bermanfaat apabila menjadi suatu sarana pembelajaran. Film horror akan menjadi suatu sarana pembelajaran yang efektif apabila menghadirkan upaya mitigasi maupun makna di balik cerita dari suatu film horror, bukan dari membesar-besarkan atau fokus pada adegan yang menakutkan atau menjijikkan tersebut.
Apabila suatu film terlalu memfokuskan pada adegan yang menimbulkan rasa takut tersebut (seperti adegan sadis, adegan berdarah, adegan kesakitan, dll), maka dampak negatif akan cenderung lebih besar daripada manfaat yang akan diperoleh.
Demikian juga probabilitas suatu kejadian horror dapat terjadi akan menentukan manfaat, misalnya cerita tentang kedasyatan gelombang tsunami yang memang bisa saja terjadi sewaktu-waktu, akan memberikan manfaat lebih bagi anak daripada cerita tentang monster berkepala lima yang memangsa anak-anak.