3. Bagaimana cara orang tua memilih korban Scapegoat Abuse?
Meskipun bukan kesalahan anak, ada banyak alasan bagi orang tua memilih anak tertentu untuk menjadi korbannya. Sangat tidak masuk akal, tapi ada beberapa karakter anak di bawah ini yang menjadi pemantik orang tua untuk melukai anaknya.
a. Anak pemberontak
Anak yang berani menentang orang tua dengan mudah menjadi sumber masalah bagi keluarga. Anak-anak ini dianggap tidak bisa memenuhi ego orang tua atas kontrol dan kekusaan. Terang saja anak-anak yang dilabeli pemberontak ini dengan mudah disingkirkan dari eksistensi keluarga.
b. Anak sensitif
Orang tua scapegoat abuse cenderung merasa puas dan kembali memiliki kekuatan ketika anak yang mereka lecehkan memberi respon pilu entah menangis, kesakitan atau mohon ampun. Reaksi anak menjadi alasan kuat bagi orang tua untuk merasionalisasi perbuatannya agar anak tidak lembek dan berhenti menjadi anak sensitif.
c. Anak asing atau berbeda
Bukan rahasia umum kalau setiap anak yang hadir dalam keluarga membawa karakter yang berbeda dalam dirinya. Namun, seringkali anak yang terlampau jauh perbedaan karakternya dengan saudara yang lain membuat orang tua kewalahan dalam mengasuhnya. Akibatnya anak yang dianggap terlalu asing ini menjadi sasaran empuk scapegoat abuse di rumah.
Bahkan anak yang cerdas, rupawan dan baik budi pun kadang bisa membawa petaka dalam keluarga. Kesempurnaan si anak pernah menjadi hal yang ayah atau ibunya idamkan saat muda dulu. Lalu timbullah rasa dengki yang harus diterima si anak tak bersalah ini. Padahal akarnya berasal dari rasa kecewa orang tuanya di masa lalu.
d. The reminder
Seorang korban scapegoat abuse yang sudah dewasa datang ke psikolog dengan membawa cerita.