Kilas Balik 2018...
10 September 2018, saya dan Raffi (@raffi_rizk) berkunjung ke Langgar Dukur di Lawang Seketeng, Surabaya, atas nama komunitas Love Suroboyo. Kami menemui pak Saiful, tim yang menangani tentang Bangunan Cagar Budaya Surabaya (maaf kalau salah nama dan jabatan), pak Andi, dan tim Pokdarwis Lawang Seketeng. Selagi bapak-bapak itu cangkru'an di bawah langgar dukur, saya dan Raffi minta izin untuk mengeksplorasi langgar ditemani perwakilan dari Pokdarwis.Â
Salah satu tempat yang kami eksplorasi adalah mihrab (tempat imam). Saya melihat ada dua pigura di atas mihrab, Raffi yang kemudian mengambilnya. Kami minta izin pada bapak yang memandu kami untuk mencuci dua pigura yang keadaannya kotor sekali. Dibantu bapak pemandu, kami mencuci pigura-pigura tersebut di sumur yang ada di bawah langgar.Â
Saat dibersihkan, barulah saya sadar kalau yang ada di pigura tersebut adalah lembar jadwal shalat. Tulisan yang ada di jadwal shalat tersebut ada yang bisa dibaca dan tidak karena keadaan kertas yang lusuh dan ada beberapa bagian yang sobek. Dua pigura itu langsung kami tunjukkan pada bapak-bapak yang ada di bawah langgar.
Pigura pertama berisi tabel jam shalat setahun dengan pengantar tulisan Arab Pegon di atasnya. Tidak banyak tulisan yang bisa saya baca karena tulisan sudah memudar. Ada pula tulisan bulan Masehi, masih dengan tulisan Arab pegon. Lima waktu shalat juga dalam tulisan Arab. Tulisan jam dan menit dalam tulisan Arab, tapi angkanya ditulis bukan dengan angka Arab.Â
Pigura kedua berwarna tepian hijau berisi jadwal shalat dengan tulisan bahasa Indonesia ejaan lama. Saya tidak melihat jelas tanggal dan tahun yang ada, tapi ada sebuah nama yang tertulis di jadwal shalat tersebut, dan tulisan percetakan Nahdlatul Ulama di bagian bawah. Saya mencari informasi tentang nama yang tertera di internet, hanya ada satu informasi, yaitu beliau adalah seorang ulama ahli ilmu falak yang terkenal di Pasuruan pada zamannya. Karena minimnya informasi tentang beliau, maka saya tutup penasaran saya sampai disitu.Â
Syekh Muhammad Hasan Asy'ari
Sebuah nama yang tertera di pigura kedua adalah nama beliau. Beberapa tahun sejak penemuan dua pigura itu, saya masih penasaran. Saat mencari di google lagi, ada postingan yang menarik perhatian muncul sebagai pilihan. Sebuah postingan di halaman facebook LFNU Pasuruan. Postingan tersebut berisi tentang biografi Syekh Muhammad Hasan Asy'ari Al-Falaki dengan sebuah foto jadwal shalat mirip dengan yang ditemukan di Langgar Dukur Lawang Seketeng. Ada beberapa perbedaan, salah satunya yaitu, jadwal shalat ini tidak menggunakan ejaan lama. Persamaannya ada nama Syekh Muhammad Hasan Asy'ari dan penerbitnya adalah percetakan Nahdlatul Ulama.Â