Mohon tunggu...
Heni Ayu Ningrum
Heni Ayu Ningrum Mohon Tunggu... -

ibu rumah tangga berputera satu,hobi menulis,karena laptop satu satunya puteraku,terpaksa daftar email,membuat blog lewat HP melalui aplikasi opera mini,bahkan waktu daftar kompasiana,kapan kapan saya tulis tutorial ngeblog pakai hp with opmin,oke silakan kunjungi www.heniro.com.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bangkitnya Pocong Cinta(Novelet Horor Poligami bag 3).

25 November 2011   08:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:13 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sofi merintih rintih,karena miliknya kini sedang di kunjungi milikku,dia memegang erat pinggiran ranjang.
mataku melotot tajam,aku melihat pocong yang sama ku lihat di sekolah Sara,dia menatap tajam,penuh kemarahan pada aku dan Sofi dari kaca jendela yang Sofi lupa menutup kordennya,aku melirik isteriku yang memejamkan mata,menggumam tak jelas,ketika mata Sofi mulai membuka,aku menarik tubuhnya ke pangkuanku.
,"mas nizar,aku suka posisi ini,lebih dalam,"ucap Sofi nyengir,tak sengaja dia mau melirik ke jendela mungkin ingat belum di tutup kordennya,aku buru buru menarik kepalanya,mencium bibirnya ganas dan melanjutkan percintaan kami.
,"untung sofi tidak lihat,apa ini pocong jejaka yang belum merasakan surga dunia,jadi marah kalau ada orang bercinta,syukur syukur..aku sudah merasakannya,malah tidak hanya satu wanita sampai dua wanita,".
Jam empat kurang tiga puluh menit,adzan shubuh kurang satu setengah jam,aku melangkah kamar mandi luar kamar,sambil membuat secangkir susu jahe aku menyapa mbok Mi yang sedang memasak di dapur dekat kamar mandi.
,"kalau mau mandi nunggu bu nizar kedua keluar kamar,".
,"kalau dia sih..bapaknya perlu ikut masuk,"ucapku riang di ikuti tawa lirih mbok Mi.
Lia membelakangiku,tubuhnya yang sintal dan putih menyapa mataku.
aku memeluknya dari belakang,menciumi punggungnya yang bau harum sabun,ke pipinya.
,"..mas nizar,terus..,"desah Lia.
,"sayang..biar di kamar mandi ini,lia mas nizar beri nafkah batin,"
,"iya mas..tadi malam lia nanggung,"
aku melaksanakan tugasku,membayangkan mbok Mi memasak senyum senyum senyum sendiri apalagi saat mendengar dialogku dengan isteri keduaku saat kami berlayar dalam lautan asmara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun