Mohon tunggu...
Heni Pristianingsih
Heni Pristianingsih Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Mencari inspirasi hidup melalui kisah dan pengalaman

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Menoreh Jejak di Pulau Garam Madura

25 Mei 2024   11:19 Diperbarui: 25 Mei 2024   14:01 622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menuju pulau Gili Iyang : Dokumen Pribadi

Kami tidak menyangka jika Madura memiliki beberapa destinasi wisata yang sangat indah dan menantang adrenalin saat berkunjung ke sana. Dari kota Malang kita berangkat baik bus pada hari Rabu malam sekitar pukul 20.00.

Syukurlah selama perjalanan, bus yang kami tumpangi juga nyaman. Tanpa harus persiapan minum obat Antimo, saya tidak mengalami mabuk darat seperti biasanya. Selain itu mungkin juga karena saya tidak menggunakan AC selama perjalanan.

Kamis dini hari pukul 01.00, kami tiba di lokasi wisata Api Tak Kunjung Padam yang terletak di kota Pamekasan. Meskipun masih pagi buta, kami tidak terlalu merasakan udara dingin karena Madura terkenal dengan hawanya yang panas. 

 Api Tak Kunjung Padam (Dokumen Pribadi)
 Api Tak Kunjung Padam (Dokumen Pribadi)

Api Tak Kunjung Padam ini merupakan fenomena alam yang menakjubkan dimana ada satu lokasi khusus yang tiba-tiba muncul api yang tidak pernah padam. Apabila hujan maka api akan mati pada area ini untuk sementara, selanjutnya akan menyala kembali. Hal ini bisa dimungkinkan karena di area api tersebut terdapat gas alam. Berlokasi di kota Pamekasan - Madura tepatnya di desa Larangan Tokol, sekitar 4 km dari kota Pamekasan.

Destinasi berikutnya kami menuju ke objek wisata pulau Gili Iyang yang terletak di kecamatan Dungkek - Sumenep. Pulau ini juga dikenal dengan sebutan pulau oksigen. Memiliki kadar oksigen tinggi yang menyebabkan udara di sekitar wilayah tersebut bersih karena berasal dari laut yang mengandung Magnesium Sulfat atau Aerosol Garam. Sangat bermanfaat bagi perempuan hamil yang mengalami pre eklamsia dan eklamsia serta mereka yang menderita stroke. 

Pelabuhan Dungkek : Foto Pribadi
Pelabuhan Dungkek : Foto Pribadi
Untuk mencapai objek wisata Gili Iyang, kita menuju ke pelabuhan Dungkek terlebih dahulu. Sekitar 30 km dari kota Sumenep. Dari wilayah parkir, kita bisa melihat pemandangan laut yang tenang. Melewati sebuah pasar kecil yang menjual kebutuhan sehari-hari di desa Lapalaok. Selain bisa membeli ikan, kita juga dapat membeli gula aren, gula merah, dan trasi yang enak di sana. 

Menuju pulau Gili Iyang : Dokumen Pribadi
Menuju pulau Gili Iyang : Dokumen Pribadi

Di pinggir pantai, sudah tersedia beberapa perahu motor yang mengangkut penumpang ataupun barang. Bagi kami hal ini tentu membutuhkan nyali yang lumayan besar. Satu persatu kami naik perahu motor dengan berhati-hati sebelum akhirnya siap untuk diberangkatkan.

Kami memerlukan waktu sekitar 20-30 menit melewati Laut Jawa untuk mencapai pulau Gili Iyang. Sepanjang perjalanan, kami menyaksikan hamparan lautan yang seakan memiliki dua warna terpisah yaitu hijau dan biru. Sungguh menakjubkan sekali. 

Sesekali perahu motor yang kami tumpangi bergoyang-goyang mengikuti arus gelombang besar yang datang. Sejujurnya ada perasaan khawatir dan takut dalam hati. Kami hanya berdoa dalam hati dan semakin menyadari bahwa kami sebagai manusia ini hanyalah makhluk yang kecil dan tidak memiliki kuasa apapun. Semua yang terjadi dan yang ada di bumi ini hanyalah atas kehendak ALLAH saja. 

Akhirnya kami bisa melihat ujung dermaga di pulau Gili Iyang. Tampak sebuah pulau kecil berada di tengah lautan. Dari pinggir pulau ada pepohonan yang bersebelahan dengan area makam penduduk setempat. Kami merasakan udara yang sejuk meskipun secara umum Madura dikenal sebagai daerah yang memiliki hawa panas. 

Dermaga Pulau Gili Iyang : Dokumen Pribadi
Dermaga Pulau Gili Iyang : Dokumen Pribadi

Kami merasa lega dan gembira melihat pulau Gili Iyang atau yang dikenal dengan sebutan pulau oksigen ini sudah berada di depan mata. Dengan segera, kami melangkahkan kaki untuk menuju lokasi dengan menaiki motor Tossa. Setiap motor mengangkut maksimal 8 penumpang. 

Melewati lebar jalan perkampungan dan perkebunan yang lebarnya hampir sebesar motor Tossa tersebut ternyata sangat mengasyikkan. 

Di pulau Gili Iyang ini, kami diantarkan ke suatu tempat wisata yang dinamakan Titik Oksigen. Ada beberapa gazebo dan dua kamar mandi umum satu pria dan satu wanita di sana. Selain itu, ada beberapa penjual minuman dan makanan yang siap melayani kita. Jangan lupa untuk mencicipi minuman kopi di sini. Rasanya nikmat sekali.

Di sini kita bisa menikmati udara bersih yang sangat baik untuk kesehatan tubuh. Perkampungan di sini sangat nyaman. Kita tidak akan menemukan mobil atau kendaraan yang banyak berlalu lalang. Selain beberapa motor penduduk yang mencari rumput atau motor Tossa pengangkut para wisatawan. 

Selain Titik Oksigen, ada dua destinasi wisata menarik lain yang disuguhkan di pulau Gili Iyang ini yaitu Batu Cangghe, dan pantai Ropet. 

Kami memilih pergi ke wisata jurang Batu Cangghe. Dengan masih menggunakan motor Tossa, kami digiring melewati perkampungan yang sejuk nan asri. Kami juga melewati perkebunan. Sesekali kami melihat pemandangan laut dengan airnya yang membiru indah sekali. 

Perjalanan menuju Batu Cangghe memerlukan waktu sekitar 10-15 menit. Kami berhenti di wilayah parkir yang tidak terlalu luas dan melanjutkan perjalanan dengan melewati tangga yang menurun menuju ke laut. 

Tangga itu akhirnya membawa kami ke batu tebing yang sangat indah. Di sana kita bisa menikmati hamparan laut dengan warna yang membiru. Indah sekali. 

Selain itu, kita bisa mengambil foto pandangan dan swafoto dengan mencari spot-spot yang menarik. Jangan lupa agar kita selalu berhati-hati jika berjalan di atas batu-batu tebing yang terjal. 

Setelah puas menikmati keindahan alam di Batu Cangghe, kami bersiap kembali ke dermaga sambil menunggu kapal motor yang akan menjemput kami pukul 13.00. 

Setelah menyeberangi Laut Jawa kembali, kami melanjutkan destinasi wisata berikutnya yaitu pantai Lombang. Terletak di kecamatan Batang-Batang, sebelah timur kota Sumenep dan berjarak sekitar 25 km dari kota tersebut.

Memasuki wilayah pantai Lombang, kita bisa melihat banyak warung makanan di sana. Sangat cocok sekali jika kita menyantap nasi dan ikan bakar (tongkol atau tuna) serta minum air kelapa muda. 

Keindahan air laut yang menghijau serta gelombang air yang tidak terlalu besar sangat nyaman untuk dinikmati. Di sepanjang pantai, terdapat rimbunnya pohon Cemara Udang yang berjajar di sepanjang garis bibir pantai. Selain itu, kita juga bisa menaiki kuda sambil berjalan di pinggir pantai. Untuk tiket masuk antara 6-30 ribu/perorang berdasarkan usianya dan waktu berkunjung. 

Sebelum pulang kembali ke Malang, kami singgah sebentar di Masjid Raya Putri Kuning yang terletak di alun-alun kota Sumenep. Masjid yang didominasi dengan warna kuning ini sangat menakjubkan dan mungkin juga sebagai ikon kota Sumenep. 

Sebagai oleh-oleh, kami membeli beberapa makanan khas di toko yang tidak jauh dari sana seperti rengginang Lorjuk, ikan Lorjuk, kacang Otok, kripik Tette yang terbuat dari singkong, petis Madura dll.

Penulis: Heni Pristianingsih, S.Pd (guru SMP Negeri 16 Malang)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun