Mungkin banyak orang yang sudah pernah mendengar kata pepatah "buku adalah jendela dunia." Â Apalagi pada masa dunia digital seperti saat ini. Kita tidak perlu lagi pergi ke perpustakaan hanya untuk mencari sebuah buku.Â
Cukup dengan mendownload aplikasi e-library (perpustakaan digital), melakukan pencarian di google, dan sejenisnya kita bisa mendapatkan materi bacaan yang diinginkan.
Sayangnya, fasilitas yang semakin canggih ini kurang dibarengi dengan minat baca yang berimbang dari masyarakat. Utamanya mereka yang terlibat dalam dunia pendidikan.Â
Bagaimana guru yang kurang suka membaca akan bisa menyuruh para siswanya agar gemar membaca? Tentu ini  tindakan yang tidak adil, bukan ?
Di lain sisi, kecenderungan para siswa yang kurang menyukai bacaan panjang juga bisa menjadi dampak lain akibat perkembangan dunia media sosial.Â
Mengapa harus menuliskan perkataan yang terlalu panjang apabila semua bisa diwakili dengan aplikasi WhatsApp, Telegram, Line, Skype dan sebagainya ?
Peranan guru sebagai motivator dan penggerak bagi para siswa sangatlah penting dalam upaya menggiatkan literasi. Guru bukan hanya menjadi sosok akademisi tapi juga praktisi.Â
Coba Anda bayangkan apabila ada seorang guru bahasa Indonesia yang sedang memperkenalkan materi puisi tetapi guru tersebut tidak bisa membuat puisi. Aneh juga bukan ?Â
Hal ini tentu akan berbeda jika guru tadi juga menunjukkan buku antologi puisi buatannya kepada para siswa.Â
Guru tetaplah menjadi teladan dalam setiap masa dan harus senantiasa mengikuti perkembangan jaman sesuai bidang keilmuannya.Â
Semakin tinggi motivasi guru dalam memajukan dunia pendidikan maka semakin tinggi pula minat para siswa untuk belajar dan berkembang seperti figur guru idola mereka.
Menggiatkan minat literasi di sekolah merupakan tugas dari semua guru sebagai tenaga pengajar dan sekaligus pendidik.Â
Memang tidaklah mudah untuk mengemban tanggung jawab ini. Pengorbanan waktu, tenaga, material, dan pikiran sangat dibutuhkan di luar tugas pengajaran yang reguler.Â
Berikut ini ada beberapa tips yang dapat dilakukan guna menumbuhkan sangat berliterasi siswa khususnya di sekolah dasar.Â
1. Memberi ruang waktu untuk membaca
Menyisipkan waktu khusus bagi para siswa di sela-sela kegiatan pembelajaran yang padat dalam kurun waktu pendek (masa pandemi) perlu dipertimbangkan bagi seorang guru.Â
Untuk mengantisipasinya, guru dapat memanfaatkan keberadaan perpustakaan sekolah. Setiap akhir pekan, siswa dipersilahkan memilih buku bacaan dan membawanya pulang. Untuk selanjutnya mereka memberikan laporan/informasi dari buku bacaan tadi secara rutin dan kontinyu.
2. Menggali kreativitas
Selain menambah pengetahuan dan wawasan dengan membaca, guru memberikan kebebasan kepada para siswa untuk menuangkan berbagai kreativitas mereka.
Memberikan kesempatan kepada mereka untuk menulis puisi, karangan bebas, laporan ilmiah, cerpen, cerita bergambar, pantun dan lain-lain bisa menjadi alternatif solusinya.Â
Melakukan koreksi terhadap semua tulisan mereka baik yang berupa tanda baca, penggunaan huruf kapital, pemilihan diksi, penulisan ejaan, dan lain-lain sangatlah penting.
Dengan demikian kita akan mengetahui kemampuan setiap siswa dalam berliterasi melalui proses yang cukup panjang dan mendetail.Â
3. Mengapresiasi karya
Banyak cara dalam memberikan apresiasi terhadap semua karya siswa misalnya ditampilkan pada majalah dinding, website sekolah, pentas seni, merangkum dalam buku antologi dan sebagainya.Â
Salah satu tips untuk meningkatkan rasa percaya diri siswa yaitu dengan mengapresiasi karyanya.Â
Ingat, jika siswa sudah menemukan bakat dan minatnya maka secara otomatis sikap percaya diri itu akan tumbuh dengan sendirinya. Jika sikap ini sudah terbentuk maka biasanya kemampuan akademiknya pun juga akan mengikuti.Â
Salam Literasi
Penulis Heni Pristianingsih, S.Pd (guru SDN Tunjungsekar 4 Malang)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H