"Ayo masak kalah sama muridnya?" Gurau salah satu petugas yang mungkin melihat ekspresi muka saya. Meskipun sambil tertawa kecil, saya akui ada ketegangan yang tersembunyi di dalamnya.
Bukan karena ketakutan ketika disuntik, namun khawatir membayangkan efek samping dari suntikan tersebut. Menurut info dari teman, ada teman yang mengatakan perutnya mual setelah vaksin, yang lain bawaannya ingin tidur terus, dan bahkan ada info yang keguguran.Â
Saya tidak tahu kebenaran untuk yang terakhir ini. Kalaupun terjadi dan orang tersebut hamil, seharusnya dia menyampaikan data secara benar pada saat screening. Sebagai penerima vaksin yang kooperatif, sebaiknya jangan ada dusta pada saat proses screening ini berlangsung.
Namun secara umum, saya melihat teman atau saudara yang sudah menjalani vaksin dalam keadaan yang baik-baik saja dan sehat wal'afiat. Dari sini, saya menyimpulkan bahwa saya pun harus melakukan screening terhadap berbagai informasi dari media sosial dan informasi orang agar tidak meracuni pikiran saya dan tetap selalu berpikiran positif dalam banyak hal.Â
Pukul 10.10, handphone saya berbunyi. Ada sebuah SMS pemberitahuan tentang jadwal pemberian vaksin yang kedua beserta link sertifikat vaksinasi ke-1 untuk saya. Alhamdulillah, saya lulus ujian dalam mengatasi kekhawatiran yang dalam diri saya sendiri.Â
Mohon maaf, saya tidak bisa menunjukkan sertifikat vaksinasi karena alasan "keamanan data." Saya pernah membaca informasi bahwa menunjukkan sertifikat tersebut pada media sosial akan mengundang pihak-pihak yang kurang bertanggung-jawab.Â
Namun pada intinya, saya salut atas pelayanan yang diberikan oleh para petugas kesehatan. It's very amazing. Pelayanan yang ramah, cepat, dan menyenangkan mulai dari pra, proses, dan paska vaksinasi Covid-19. Terima kasih untuk tim RSUD Syaiful Anwar Malang.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H