Dari sini saya menyimpulkan bahwa ternyata semakin banyak informasi akan membuat kepala saya semakin pusing.Â
Keesokan harinya, setelah mengikuti rapat yang dipimpin oleh Kepala Sekolah tentang persiapan siswa masuk sekolah secara online & offline dan pendaftaran siswa baru, saya dan beberapa teman yang belum menjalani vaksin berangkat ke rumah sakit umum daerah yang ditunjuk.
Sebelum berangkat, terlebih dulu saya makan nasi kotak dan minum jus alpokat tanpa gula ataupun susu. Menu sarapan kedua kalinya yang saya lakukan pagi ini. Antara kalap dan kalut bercampur aduk dalam pikiran saya.
Tiba di lobi RSUD Syaiful Anwar, saya diarahkan menuju lantai tiga oleh petugas. Tentunya, saya masuk ke ruangan sesuai dengan standar protokol kesehatan. Di sana sudah cukup banyak para guru dan tenaga pendidik yang antri dalam barisan kursi yang berjarak sesuai dengan aturan protokol kesehatan.
Salah seorang teman menyuruh saya untuk mengambil blanko isian. Sambil duduk, saya melengkapinya dengan identitas diri dan membaca kolom pertanyaan yang disediakan. Saya mengisi kolom dengan memberi tanda centang pada kolom isian ya/tidak.Â
Ada 6 pertanyaan yang harus dijawab. Untuk usia 60 tahun ke atas ada pertanyaan tambahan lagi. Mungkin bagi mereka, diperlukan pendampingan khusus, mengingat kemampuan mata dan ketrampilan menulis juga semakin berkurang.Â
Tiba giliran saya untuk menghadap petugas. Terlebih dahulu saya diminta untuk menunjukkan KTP, surat tugas, dan nomor handphone. Meja pertama ini rupanya digunakan untuk mencocokkan identitas data peserta vaksin.Â
Selanjutnya, saya diarahkan ke petugas yang khusus untuk melakukan pengecekan tekanan darah dan suhu badan. Karena tegang, tekanan darah saya sempat naik hingga 180/110. Petugas melakukan tensi sekaligus lagi dan hasilnya masih sama.Â
Akhirnya saya disuruh duduk kurang lebih selama 10 menit sebelum dilakukan tensi kembali. Padahal saya sudah berusaha mencairkan suasana dengan mengajak petugas berbicara dan berfoto selfi. Alhamdulillah, tekanan darah saya berikutnya turun menjadi 150/100. Dengan demikian, saya bisa memasuki tahap berikutnya yaitu screening.Â
Saya mengatakan bahwa saat kuliah dulu pernah terkena TB Kelenjar. Untuk saat ini, saya tidak sedang menjalani pengobatan apapun. Setelah bertanya-jawab dengan waktu yang tidak terlalu lama, saya pun diarahkan untuk menuju bilik penyuntikan.