Setiap selesai sholat hari Raya Idul Fitri, saya dan keluarga selalu berkumpul bersama sanak saudara di rumah orang tua.Â
Karena orang tua sebagai saudara tertua maka keluarga om dan tante serta keponakan dari orang tua (sepupu atau anak dari pak dhe dan bu dhe) yang tinggal satu kota (sangat dekat) berkumpul juga di sana.Â
Jaman sekarang banyak keluarga yang memanggil saudara dan kerabat dengan sebutan yang sebenarnya kurang sesuai secara silsilah keturunan seperti memanggil nenek dengan sebutan ibu, bulik atau tante dengan panggilan mbak, dan sebagainya.Â
Keluarga kami tetap memanggil satu sama yang lain sebagaimana yang seharusnya. Bagi kami ini sangat penting agar mereka mengetahui silsilah atau garis keturunan dalam keluarga.Â
Selain itu, dengan mengenal silsilah, kami bisa menjaga sikap dan perilaku antara yang muda dan tua, atau yang secara garis keturunan lebih tua meskipun usianya lebih muda.Â
Setelah kami semua berkumpul, kami mengadakan acara sungkeman yang diawali kepada keluarga yang paling tua (orang tua). Intinya, sungkeman dilakukan oleh yang muda kepada yang tua atau lebih tua secara garis keturunan misalnya anak kepada orang tua dan adik kepada kakak.Â
Selain untuk saling meminta maaf dan memaafkan, sungkeman juga dilakukan untuk memberikan harapan dan doa. Dari sini, kita bisa merasakan suasana sakral yang ada pada hari kemenangan ini.Â
Dengan saling memaafkan, hati kami menjadi lega dan bahagia. Puasa satu bulan, menjadi lebih bermakna karena kami telah mendapatkan maaf dan memberikan maaf yang tulus kepada satu dengan yang lain.Â
Harapan pada hari-hari selanjutnya setelah Lebaran berakhir, kami bisa semakin mawas diri dan menjaga tutur kata serta sikap agar lebih baik dalam menjaga hubungan di lingkup keluarga ataupun masyarakat.Â
Acara sungkeman yang sudah selesai akan dilanjutkan dengan makan bersama. Hidangan khas lebaran telah tersedia di meja makan. Ada ketupat dan lontong sayur, sambel goreng kentang dan hati, telur bumbu petis, opor ayam, es buah, dan lain-lain.Â
Sepulang dari sholat Idul Fitri, menyantap hidangan menu khas Lebaran sambil berkumpul dengan seluruh keluarga memang sangat menyenangkan.Â
Kita dapat bergurau dan berbagi cerita satu sama yang lain. Meskipun tinggal sangat dekat dalam satu kota, kita kadang jarang bertemu. Apalagi kondisi pandemi seperti ini. Meskipun ada pertemuan dengan keluarga, kami tetap melakukan protokol kesehatan.Â
Momen makan bersama semakin semarak ditambah dengan berbagi amplop salam tempel. Tentu saja, saya sudah mempersiapkan beberapa amplop yang akan saya bagikan kepada para keponakan dan anak.Â
Mereka sangat menantikan acara ini. "Ma, ini amplopnya. Saya hanya butuh isinya saja, " kata anak sulung saya suatu ketika sambil mengembalikan amplop salam tempelnya. Dia memang anak yang anak usil dan suka bercanda.Â
Pada akhir acara, kami tutup dengan kegiatan foto bersama. Kebetulan, di belakang rumah orang tua kami ada ruang terbuka untuk kolam ikan dan berkebun.Â
Kami lebih suka berkumpul di area itu. Suasana menjadi lebih indah dan nyaman dibandingkan jika berada di dalam rumah. Sambil makan dan berbincang santai, kami bisa melihat kolam ikan dan tanaman yang ada di sekelilingnya. Termasuk pada sesi acara foto bersama ini.Â
Dengan berakhirnya kegiatan foto bersama, kamipun melanjutkan acara dengan berziarah ke kubur keluarga besar yang tidak jauh lokasinya dalam satu kota.Â
Selamat hari Raya Idul Fitri 1442 Hijriyah. Minal aidin wal faidzin. Mohon maaf lahir dan batin.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H